Bolehlah
kita tidak mengkritik agama yang bersangkutan karena sepanjang yang
saya yakini setiap agama itu penuh dengan kesantunan, terutama dalam
Islam sendiri yang menjunjung tinggi kebaikan setiap umatnya. Tetapi
ucapan tersebut jelas-jelas seperti tidak mencerminkan agama yang dianut
mahasiswa tersebut.
Sekalipun
ucapan tersebut disampaikan karena ketidakpuasan atas kinerja
Pemerintahan SBY, namun selayaknya Mahasiswa yang sedang belajar
bagaimana berkomunikasi yang sopan, ucapan tersebut cukup tidak
berpendidikan. Apalagi ditujukan kepada Presiden, apakah ketika
dilakukan bisa digolongkan makar atau penghinaan Presiden.
Jika
sedemikian antinya mereka terhadap Presiden, dan tidak menghendaki
kehadiran Presiden SBY, maka banyak langkah yang lebih diplomatis bisa
dilakukan, seperti mengirim surat atau menghubungi protokoler
kepresidenan.
Besar
kemungkinan Abdul dan anggota HMI anti-SBY lainnya bersikap seperti itu
karena ada hubungannya dengan Anas Urbaningrum. Anas adalah tokoh HMI
yang dihormati. Status tersangka yang disandang Anas, dinilai HMI
sebagai langkah KPK yang mendapat tekanan Presiden. Padahal SBY hanya
mendorong KPK untuk lebih bergiat memberantas korupsi.
Lagipula
Anas sudah berbesarhati keluar dari Partai Demokrat setelah menyandang
status tersangka. Dan Anas berucap akan membuka halaman-halaman
keterkaitan kasus-kasus korupsi yang ada di Indonesia.
Oleh
karena itu, sekelompok Mahasiswa HMI yang anti-SBY sebaiknya berbuat
hal yang sama seperti Anas Urbaningrum. Turut berpartisipasi dan
berkontribusi memperbaiki situasi yang sudah kacau, tidak sekedar
berdalil bahwa melempar sepatu itu halal. Malu saya jadi orang
Indonesia.
Penulis : Rania Ananda
0 Komentar