Hina
Memandang
diri, aku malu..
Masih
berkutat pada kefanaan yang ambisius…
Lupa
esensi tujuan…
Dalam
kerangka kegelisahan…
Aku
tidak malu pada engkau….
Aku
tidak malu sama Tuhan…
Tapi
aku sangat malu pada diriku sendiri…
Sebab
cinta itu telah dibutakan oleh nafsu….
Kasih
sayang dibutakan oleh kepentingan…
Lelah…
Tapi
aku harus terus melangkah dan bergerak…
Untuk
menemukan Dia yang sesungguhnya…
Bukan
dalam kepura-puraan..
Di
Jember, Gubuk Cinta, 2012
Menangislah
Pada kehampaan….
Aku mengadu pada dzikir daun-daun…
Sebab luapan dosa merajalela…..
Menangis diantara keringnya kemarau…
Tatkala haus menjadi sentrum…
Kau datang dengan air zam-zam cinta…
Aku tak kuasa……..
Dengan amanah itu…
Namun waktu memaksa untuk terus tegar…
Melangkah…
Diantara duri dan kerikil….
Ditengah besarnya gelombang..
Aku masih bisa tersenyum…
Di
Jember, Gubuk Cinta, 2012
Aku Pasti Menang
Bergerak…
Ayo bergerak…
Meski terseok-seok..
Raih syurga itu….
Tapi bukan untukku…
Untuk semua…
Yang mereka bergerak dan menjadi pemenang…
Pasti hadiah itu akan datang…
Walau badai menderu kencang…
Jangan sampai langkah itu mundur sejengkal….
Ketika mundur sejengkal saja…
Maut akan menjemput…
Bersabarlah…
Aku pasti sabar…
Ayo ikhlas…
Aku pasti ikhlas…
Meski ombak itu menangis…
Jangan menyerah….
Karena cinta itu begitu besar untuk ku raih…
Di
Jember, Gubuk Cinta, 2012
Bersimpuh
Sungguh besar nikmat itu…
Mari kita bersimpuh mensyukurinya…
Walau acapkali banyak orang mencemooh…
Biarkan mereka dengan persepsinya…
Jangan pernah pedulikan negativisme itu…
Sebab air tak akan pernah menjadi api…
Bersimpuhlah…
Tanpa ada batas ruang dan waktu..
Dimanapun dan kapanpun…
Hadapkan wajah itu pada yang suci…
Sebab kita tak kuasa dengan kekotoran dalam diri….
Di
Jember, Gubuk Cinta, 2012
ROHINGYA
MENJERIT
Pekatnya
luka mengalir darah kebisuan..
Ketika
pembantaian..
Menjadi
sarana atas dasar kekuasaan..
Menghilangkan
rasa kemanusiaan…
Diantara
kelamnya jeritan tanpa ada yang mendengar..
Apapun
itu…
Mereka
juga manusia…
Yang
butuh makan dan minum…
Perlindungan
dari kaum komunal yang berkekuatan….
Bukan
lantas ditangkap dan disiksa…
Dibunuh
layaknya hewan…
Lalu
dimana nurani itu tersimpan…
Tatkala
nyawa menjadi tak berharga…
Rohingya
menjerit keras…
Tanpa
ada yang mendengar…
Merintih
pilu…….
Mengapa
itu harus terjadi…
Apakah
itu bentuk kasih sayang Tuhan…
Yang
harus memporak-porandakan sisi kemanusiaan…
Oh…tidak..
Tuhan
lebih besar kasih sayangnya…
Mengapa
penguasa menjadi buta dan tuli..
Ketika
kebiadaban menjadi senjata pembenaran…
Kiamat
Myanmar tak bias ditolak Rohingya..
Faisal,
06 august 2012
DIAM
MENCARI AMAN
Diantara
ratusan jiwa yang menghilang…
Sejenak
mengheningkan cipta atas kebiadaban..
Yang
tuli dan buta mencari posisi untuk aman…
Sementara
permintaan pertolongan terus berlanjut..
Sampai
suara lantang itu menjadi lesu dan putus asa…
Mendengar
tapi tak peduli…
Sebab
lebih penting kekuasaan dari pada kemanusiaan…
Mencari
aman dengan saling menyalahkan…
Faisal,
06 august 2012
TERKAPAR
Cinta
yang musnah dalam dada..
Menghentakkan
setiap mata yang melihat…
Menghenyakkan
setiap rasa yang merasakan…
Cinta…
Benci….
Pengharapan…
Hancur
dan lebur….
Diantara
tangisan pilu Rohingya..
Dibantai
seperti hewan..
Tanpa
ada ampun…
Oh…Tuhanku…
Mereka
bergerak sudah melebihi engkau…
Tanpa
ada welas asih didalamnya..
Menjadi
singa yang buas….
Diantara
lemahnya..
Kaum
yang tak berdaya
Dan
kaum yang teraniya..
Jember,
07 august 2012
Melangkah
Ketika
tidak tau arah yang mestinya di tuju…
Menjerit
pilu…
Disepanjang
jalan…
Mendongakkan
kepala dan berkata…
“Tuhan
apa ini bentuk kebencian atau kasih sayang, atau ujian yang diberikan pada
kami”
Air
mata sudah tidak berair..
Kering
kerontang..
Hanya
terdengar suara tangis lirih…
Menyibak
sunyi ditengah deru kepentingan…..
Jember,
07 august 2012
Profil
Penulis
Faisol
lahir di desa Pondokrejo Glantangan, Jember, adalah anak kedua dari enam
bersaudara, terlahir dari pasangan Muntaha bin Marlia dan Rukayyah Binti
Sholeh, masing-masing sebagai seorang petani dan pedagang. Pendidikannya
ditempuh mulai dari Sekolah Dasar Pondokrejo 3 Kecamatan Tempurejo Kabupaten
Jember, lulus pada tahun 1997.
Melanjutkan ke Mts Raudlatul Iman Gadu Barat Ganding Sumenep pada tahun 1999,
lulus tahun 2003, kemudian melanjutkan pada Madrasah Aliyah Raudlatul Iman Gadu
Barat Ganding Sumnep, Lulus tahun 2005, dan yang terakhir melanjutkan ke S1
STAIN Jember pada tahun 2006 dan lulus tahun 2011. Karya tulis yang pernah di
publikasikan yaitu, Gus Dur dan
Pendidikan Islam (Upaya Mengembalikan Esensi Pendidikan di Era Global). Di
terbitkan oleh Arruzz Media (AM) pada
tahun 2011.
Kesibukan dalam keseharian, sebagai wartawan
di Warta Nusantara.com, Pengurus Koperasi Petani Jamur Nusantara
(Kotanimura), Media Online Kotanimura-Indonesia, dan aktif dalam beberapa
kajian, antara lain di forum Indonesian
Crisis Center (ICC), Lembaga Kajian Rakyat (LKR), dan masih
banyak lainnya, yang kami kira tidak perlu untuk disebutkan. Disamping menulis
tentang banyak persoalan, terutama pada persoalan pendidikan, juga menulis
novel, Puisi, Esay, Opini, dan artikel.
0 Komentar