Ramadhan
yang indah nan sunyi, yang seharusnya menjadikan waktu ini menjadi aktivitas
yang bernilai ibadah, justru ramadhan yang mencekam bagi kaum rohingya,
ramadhan yang mencekam bagi suriah, dan ramadhan yang mencekam bagi bang haji Rhoma
Irama, atas tuduhan SARA. Pelantun music dangdut dengan ciri khas-nya bernuansa
cinta yang islami, bang Haji panggilan akrabnya, harus kembali mengisakkan air
mata karena dakwahnya, kemudian dijadikan isu yang menggempar, kaitannya dengan
ada indikasi fitnah tentang pasangan calon guernur dki, jokowo-ahok.
Islam
sudah sangat jelas sebagai agama rahmatan
lil alamin, yaitu agama yang menjadi kasih sayang bagi semesta alam, agama
yang menjadi rahmat bagi kehidupan manusia, agama yang akan terus melanjutkan
misi kemanusiaan, membangun lingkungan dengan peradaban yang tinggi, namun hal
itu memanglah tidak semudah yang setiap
kali didiskusikan, namun berangkat dari fakta-fakta dari tingkat local,
regional, nasional, bahkan internasional, bahwa kasus yang datang bertubi-tubi,
selalu ada kaitannya dengan agama,
mengapa demikian?. Karena memang secara factual manusia dan agama memang dua
hal yang tidak terpisahkan, agama merupakan sebuah system yang mengandung nilai
keyakinan, yang siapapun tidak bisa mengganggu gugat terhadap keyakinan yang
dimiliki oleh setiap personal, akan tetapi secara social, bahwa hal itu ada
proses yang sinergis, sehingga nilai itu akan menampakkan diri dalam kehidupan
sehari-hari dan manfaatnya bisa di rasakan oleh orang banyak.
Indonesia
sesbagai negara yang majemuk, dan mengesahkan enam agama yang harus dianaut
oleh warganya, tidak harus terjebak pada isu sara yang kian mencuat
kepermukaaan, warga indonesia sangat mencintai damai meski hidup dalam konstek
perbedaan, faktanya adalah bahwa hindu, budha, konghuchu, kristes khatolik,
kristen protestan, dan islam, masih bisa menghargai, menghormati satu sama
lain. Oleh sebab itu bahwa hal-hal yang terjadi dibelahan dunia saat ini,
jangan sampai berimplikasi terhadap bangsa ini yang memang mayoritas berpenduduk
muslim, akan tetapi pemerintah bangsa ini, masih tetap menjaga warganya dan
mengayomi, meski mempunyai perbedaan yang signifikan.
Secara
ideologis, agama-agama yang ada di indonesia memang berbeda, namun secara teoritas dan aplikatif
ada beberapa kesamaan, sehingga dalam konstek kehidupan sehari-hari sebagai
warga negara, tentu rasa toleransi, persaudaraan, dan hidup dengan citna kasih,
serta saling menyayangi satu sama lain harus terus dibangun, sebagai landasan
dalam sebuah keberagaman. Sungguh naïf dan tidak berperikemanusiaan, jika
sesama manusia, harus saling mencemooh kejelekan dari saudaranya sendiri, yang
pada akhirnya hanya menjadi permusuhan dan intimidasi antar ummat yang beragam.
Kasih
sayang dan cinta kasih bagi semesta, itulah sebetulnya yang menjadi ajaran
islam terhadap ummatnya, islam bukanlah agama yang hanya mengumbar sara, islam
juga bukanlah agama yang kemudian dijadikan alat untuk meraih kekuasaan, islam
bukan pula ajaran yang menjadikan tubuh itu tanpa kekuarangan, dan menjadikan agama
yang lain memiliki kesalahan-kesalahan yang fatal. Disinilah kemudian, pada
bulan suci ini sebagai bentuk introspeksi diri, melakukan penyucian diri atas
segala bentuk kesalahan dan dosa, dan membangun
rasa toleransi yang tinggi antar ummat beragama dan antar manusia.
Kasih-Sayang Yang Tidak Pernah Lekang Oleh Ruang Dan
Waktu
Hidup
yang penuh dengan kompetisi ini, merupakan bentuk dinamika dan proses laju
perkembangan dari waktu ke waktu, kasih sayang manusia antara personal, antara
kelompok dengan kelompok, atau antar golongan, merupakan bentuk dorongan untuk
saling mengenal satu sama lain, dengan proses seperti itu, maka akan muncul
kasih sayang juga, antar sesama, maupun dalam konstek perbedaan yang cukup
beragam. Kasih sayang jangan kemudian
dimaknai amat sempit,seperti kasih bunda pada anaknya, namun kasih sayang itu
meliputi alam semesta. Manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi yang
melebih dari pada makhluk lainnya, disitulah bentuk tanggung jawab manusia
untuk terus melakukan upaya-upaya perbaikan disegala bidang, mulai dari bentuk
stablitas pembangunan ekonomi, pembangunan SDM, pembangunan laju transportasi,
pembangunan kehidupan sejahtera, aman, dan penuh dengan cinta kasih, adalah bentuk
upaya yang harus direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Esensi
dari kehidupan yang terikat oleh aturan yang dibuat oleh manusia, merupakan
bentuk cinta dan kasih sayang, untuk memudahkan proses pemecahan persoalan
disegala bidang. Namua itu perlu strategi yang harus dirancang sedemikian rupa,
sehingga aturan tersebut mampu diimplementasikan dalam bentuk nyata, dalam
memudahkan menjalankan system yang telah disepakati dan menjadi pedoman bagi
kehidupan ummat manusia.
Indonesia
sebagai Negara dengan slogan persatuan dan kesatuan dalam bingkai kemajemukan
warganya, baik pada aspek keyakinan, budaya, tingkat kemampuan ekonomi,
geograrfis, dan lain sebagainya. Bangsa dengan asas pancasila menjadi dasar
yang kuat dalam memangun persatuan dalam perbedaan, sehingga situasi dan
kondisi yang carut-marut ditengah tegangnya kehidupan bernegara dan berbangsa,
harus tetap menjadi bangsa yang kokoh dan kuat, meski bentuk penyerangan dari
pihak eksternal dengan berbagai macam strategi pula. Kenyataan harus terus dipacu
dalam proses mengarahkan masyarakat yang plural itu mampu hidup dalam
perbedaan, baik antar keyakinan, antar suku atau golongan, antar
budaya,.sehingga mampu tercipta masyarakat yang peduli terhadap situasi dan
kondisi yang terpuruk oleh kepentingan-kepentingan penguasa. Dengan demikian
Indonesia dengan penduduk yang mayoritas muslim dan beragam suku, tidak bisa
dipungkiri ketidakstabilan menjadi kendala dalam proses pembangunan peradaban.
Bulan Suci Penuh Cinta
Bulan
yang penuh dengan keistimewaan ini, harus terkoyak oleh kabar yang tidak sedap,
yang dating dari Negara-negara tetangga, apalagi kaitannya dengan tragedy
konflik etnis antara Rohingya dan Rakhine, menjadi isu sentral, ketika isu yang
kemudian berkembang mengatasnamakan isu SARA.
Bulan
yang penuh dengan maqfiroh ini, kasih sayang Tuhan, secara esensial sudah
melingkupi alam semesta, namun bentuk arogansi, dan keinginan terhadap
proses-proses penguasaan masih terus berlaku, dan ironisnya menjadi salah satu
factor yang dominan dengan mengatasnamakan agama, pada satu sisi, sementara
pada sisi yang lain bahwa persoalan yang terjadi disekitar nusantara, maupun
tragedy berdarah dinegara tetangga menjadi kasus yang menakutkan, sehingga
banyak pihak yang berupaya terus menerus untuk menghentikan konflik tersebut,
baik atas nama agama, maupun atas dasar kemanusian.
Persoalan
yang cukup serius itu harus ditangani segera mungkin, sehingga proses
pencegahan terhadap konflik yang terus menyebar itu mampu diantisipasi dan
dicarikan jalan keluar yang terbaik. Dengan demikian konflik dengan atas nama
agama, maupun atas nama kemanusiaan itu semua pihak bisa menyelesaikan dengan
segera mungkin. (Faisal)
0 Komentar