Subscribe Us

header ads

Obsesi Oligarki


Indonesia dengan beragam pulau, suku, ras, budaya, dan agama dengan kekayaan alam yang memiliki nilai ekonomi tinggi, menjadikan bangsa ini memiliki kekayaan yang melimpah ruah. Sehingga mulai awal nusantara ini selalu menjadi rebutan, baik oleh penghuninya maupun oleh penghuni Negara lain,  karena potensi kekayaan alam yang luar biasa.
Berangkat dari obsesi yang tak terlupakan, maka apa saja akan dilakukan bagi manusia yang memiliki ambisius tinggi, sehingga impian itu menjadi “harus” tercapai dengan beragam cara guna ditempuh.
Indonesia masih memiliki banyak masalah, meskipun sudah 68 tahun merdeka, tetapi hal itu menjadi kemerdekaan semu, dan penuh dengan rekayasa palsu. Dalam banyak hal rekayasa itu menjadi praktik dan kebiasaan yang menghinggap setiap saat. Tidak hanya para elit politik dan penguasa yang cukup pintar berstrategi, dan merekayasa situasi dan kondisi, pak RT pun sudah sangat pintar untuk melakukan hal yang serupa dengan kapasitas berbeda.
Bangsa ini masih sakit dan jauh menuju peradaban yang diharapkan oleh masyarakat. Masyarakat atau rakyat Indonesia masih jutaan manusia yang hidup dibawah garis kemiskinan, pendidikan rendah, yang berdampak pada SDM rendah, serta anak jalanan yang berhimpun dibawah kolong jembatan, sehingga pemerintah mengatur dengan undang-undangnya “Fakir miskin dan anak jalanan dipelihara oleh Negara” apa peraturan tersebut sudah berlaku secara maksimal, atau hanya sekedar rekayasa untuk menjadi topeng penguasa? Siapa yang salah? Penulis berkeyakinan tidak pantas kalau kemudian tulisan ini menjadi ajang untuk saling menyalahkan, karena kesalahan itu adalah masalalu, dan bagaimana menjadikan kesalahan itu menjadi mutiara yang berharga, untuk senantiasa menjadi hikmah dalam kehidupana bernegara dan berbangsa ini.
Manusia disamping memiliki akal pikiran, juga memiliki hawa nafsu (ambisi). Ambisi ini ketika tidak diarahkan pada hal-hal yang positif, maka ambisi tersebut menjadi boomerang yang senantiasa akan menjangkiti pola hidup seseorang ataupun kelompok.  Misalnya bahwa manusia hidup didunia ini sudah ditetapkan untuk menjadi kholifah baik bagi dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat secara umum, tentu memiliki ambisi untuk berkuasa, memiliki kekuasaan, dan secara ekonomi terbebas dari kemiskinan.
Secara manusiawi hal itu menjadi kewajaran, tetapi ambisi yang  tidak terarah dan tidak terkontrol hanya akan meruntuhkan nilai-nilai kemanusiaan, dan akan menjatuhkan martabat kita sebagai manusia. Manusia sejatinya sudah digariskan sebagai makhluk mulia karena memiliki kelebihan berupa fungsi hati dan akal pikiran.
Sejenak coba kita renungkan kembali dengan kondisi masyarakat yang secara ekonomis kurang stabil, sementara pada sisi yang lain kondisi birokrasi kita juga semakin terpuruk dengan mencuatnya para maling-maling Negara yang tertangkap basah oleh KPK. Dan lebih ironis lagi kelompok yang bernama partai democrat dihuni oleh para maling yang ambisius akan kekuasaan dan kekayaan. Disinilah kemudian muncul penilaian masyarakat terhadap partai penguasa ini yang controversial. Sebagai kelompok penguasa menjadi kesempatan untuk meraup keuntungan dalam proses memperkaya diri, dan masyarakatpun ada yang simpatik terhadap partai ini, sekaligus apatis dengan keberadaan partai yang baru mengangkat sang presiden menjadi ketua umum partai.
Siapa yang tidak tergiur dengan tahta, harta dan wanita. Seringkali kita menyebutnya dan acapkali banyak orang yang mempraktekknya. Apa itu salah? Kurang elegan kalau kemudian hal semacam itu menjadi ajang pencarian salah dan benar, karena sebagai manusia 75 % hampir merasakannya, karena hal itu tidak terlepas dari situasi dan kondisi, baik psikis maupun biologis.
Kekuasaan dan harta benda adalah dua hal yang berbeda, tetapi memiliki pertautan yang luar biasa, ibarat pinang dibelah dua. Dan keduanya sangat manis, menggiurkan, sehingga menjadikan banyak orang tidak tahan untuk meraih keduanya, sementara yang lebih parah ketika seseorang ataupun kelompok menuhankan dua hal tersebut menjadi impian yang harus diraih selama dikandung hayat.
Obsesi oligarki, adalah suatu penyakit yang susah untuk dihilangkan dengan cara yang instan, karena hal itu adalah bagian dari karunia Tuhan yang patut untuk disyukuri, senyampang memiliki nilai-nilai perjuangan dan kemanusiaan. Siapapun sah dan memiliki obsesi untuk mencapai suatu tujuan, akan tetapi sangat perlu menggunakan akal yang jernih dan tidak mengabaikan asas-asas kemanusiaan.

Posting Komentar

0 Komentar