Panasnya terik mentari
yang menyinari bumi pertiwi, bukanlah halangan menyudutkan langkah yang terseok
kaku, tetapi cinta yang membara menumbuhkan semangat yang tiada tara, dalam
berupaya menumbuhkan keiginan yang bergelora dalam setiap sisi. Bukankah kita
semua tahu, bahwa hidup itu adalah sebuah pengorbanan untuk sesuatu yang
dicintai, dan apapun itu bisa kemudian dilakukan oleh orang yang mencintai.
Detik perjalanan sang
waktu, seringkali lalai dalam buaian kehidupan, ditambah dengan carut-marutnya
ketimpangan, dalam hiruk pikuk kepentingan. Semuanya berlomba-lomba untuk
berkuasa dan melakukan penguasaan pada setiap jarak dan ruang.
Ketika nurani sudah
ternodai oleh gelapnya nafsu, entah kemana harus mencari penwarnya, sementara
penawar itu begitu jauh adan mendalam, kecuali hanya sebagian orang yang mampu
untuk menjangkaunya. Oh..Tuhanku..keluh kesahku dbalik senyum mentari disiang
hari, hanya bias tengadah dan berbisik dalam hati…:ternyata tubuh ini sudah
terjangkiti penyakit kronis, suatu penyakit yang teramat sulit untuk
disembukan, benar-benar sudah menjadi komplikasi.
Sudah lebih dari
setengah abad, kemerdekaan yang tidak sempurna, dan mengesankan hanyalah bentuk
ilusi dari sebuah pengharapan yang
begitu mendalam, sedangkan pengharapan tidak selalu sama dengan bentuk
kenyataan.
Semakin dibiarkan, maka
akan semakin hancur, itulah tubuhku yang semakin kecil, dan penyakit kronis it
uterus bergerak menyusuri aliran darah, sampai pada kinerja otak yang tidak
waras, tetapi aku masih yakin pada tubuh ini, untuk bersama-sama saling
mengobati satu sama lain, dan mampu menggerakannya dengan seimbang.
Langkah yang melemah
Lawan didepan dan
dibelakang
Dan yang paling
menakutkan, adalah lawan yang terselubung didalam.
Tetapi aku takkan
pernah heran, dengan bentuk-bentuk penistaan, dengan mengedepankan egosentrisme
disemua kalangan untuk menjadi pemenang. faisal
0 Komentar