Sebenarnya isu memerangi
terorisme yang dilancarkan Amerika dan sekutu-sekutunya adalah perang melawan
Islam dan kaum Muslimin. Musuh-musuh Islam mencoba membidik Islam dan kaum
Muslimin di balik isu terorisme. Mereka takut dengan bangkitnya kaum muslimin.
Dengan demikian mereka berusaha sekuat tenaga dan dengan berbagai macam cara
untuk menghancurkan kebangkitan kaum Muslimin, salah satunya dengan melancarkan
perang melawan terorisme.
Saat ini umat Islam
menjadi tertuduh dan semua ketakutan dengan segala hal tentang Islam, karena
selalu dikait-kaitkan dengan isu terorisme. Para pelajar, aktivis Islam dan
semisalnya menjadi resah. Mereka khawatir dituduh dan dianggap sebagai sarang
dan penyedia serta membantu aktivitas terorisme.
Gerakan-gerakan dakwah
pun dicurigai meskipun gerakan dakwah itu terbuka dan tak ada sangkut pautnya
dengan teroris. Beberapa orang pun mengawasi ketat anak remajanya yang mau
berangkat mengaji. Padahal hal itu tak pernah terjadi sebelumnya. Mereka menanyakan
ngajinya sama siapa, tempatnya di mana, dan segala macam secara berulang-ulang.
Sikap paranoid ini
muncul belakangan di beberapa daerah. Ini terjadi setelah televisi dengan
sangat gencar menyebarkan berita terorisme sejak penyerbuan di Temanggung, Jawa
Tengah. Bukannya obyektif, pemberitaan di media massa cenderung menstigmatisasi
negatif Islam dan kaum muslimin.
Belum jelas benar siapa
pelakunya, media massa langsung menyorot pesantren. Pesantren dianggap
mengajarkan jihad dan ini menjadi inspirasi para teroris. Media massa pun sibuk
mencari latar belakang orang-orang yang diduga teroris dengan melakukan
interogasi dan inkuisisi terhadap almamater, keluarga, dan para tetangga.
Tampa disaring, berita
isu langsung disiarkan. Padahal tidak semua sumber berita yang didapatkannya
layak disiarkan.
Hal yang sama tidak
pernah dilakukan terhadap para koruptor. Adakah media massa yang pernah
mengaitkan koruptor dengan almamaternya? Kemudian menyatakan bahwa unversitas X
telah mengajarkan korupsi? Atau mencari guru dan dosennya karena dianggap
sebagai inspirasi untuk korupsi?
Sikap media ini tidak
lepas dari upaya pihak-pihak tertentu untuk menjadikan media sebagai corong
dalam menyerang Islam dan kaum muslimin. Lihat saja bagaimana media massa
seolah jadi ‘orang bodoh’ dan menurut saja dengan arahan sumber-sumber mereka.
Sikap kritis mereka hilang. Bahkan untuk mencari alternatif narasumber lagi.
Sampai-sampai ketika sumber-sumber berita mereka memberitakan berita yang salah
pun, ditelan mentah-mentah. Perhatikan ketika penyerangan di Temanggung
terjadi, dalam siaran langsungnya, mereka seperti koor menyanyikan lagu bahwa
teroris yang terbunuh adalah gembong teroris Noordin M Top. Ternyata bukan.
Telah terjadi trial by
the press (pengadilan oleh meda massa), yang dampaknya jauh lebih kejam. Media
pun tergiring oleh frame berpikir musuh-musuh Islam yang menggeneralisasi para
teroris dengan Islam. Isu memerangi terorisme yang dilancarkan Amerika dan
sekutu-sekutunya disebarluaskan dan dikerjakan oleh media massa yang pada
hakikatnya untuk menghilangkan kebangkitan Islam.
Ironisnya, media massa
seolah maklum saja dengan tindakan brutal Amerika dan sekutunya menebar bom dan
kematian di mana-mana. Media massa tidak pernah menyebut mereka sebagai
teroris, meski korban tewas jauh lebih banyak dan massif.
Media memang telah
menjadi alat bagi kapitalisme global dalam mempertahankan hegemoninya. Di era
informasi dimana kemenangan ditentukan oleh penguasa sumber-sumber informasi,
media massa adalah salah satu pilar kapitalisme.
Barat paham betul bahwa
Islam adalah musuh berikutnya setelah komunisme runtuh. Islam adalah ancaman.
Karenanya, kebangkitan Islam mesti dihalang-halangi. Caranya bisa melalui hard
dan soft power. Untuk itu barat dan antek-anteknya mendekonstruksi persepsi
masyarakat terhadap Islam untuk melahirkan sikap moderat bahkan liberal. Mereka
tidak mau Islam tampil apa adanya sesuai Al Quran dan As Sunnah. Sikap moderat
dan liberal ini dianggap pas dengan hegemoni dan determinasi barat.
Sangat tidak
mengherankan bila di tengah isu terorisme yang sedang hangat sekarang tiba-tiba
muncul pernyataan beberapa tokoh yang mencoba menggeneralisasi bahwa terorisme
itu adalah keinginan menerapkan syariah Islam dalam Daulah Islam. Mereka
mencoba menebar ‘pukat harimau’ untuk menjaring aktivis pergerakan Islam.
Mereka sepertinya tutup
mata-atau memang sengaja terhadap fakta bahwa tidak semua gerakan yang
memperjuangkan syariah Islam dan khilafah setuju dengan aksi terorisme. Modus
mereka ini sama dan sebangun dengan gaya Amerika dan barat umumnya melihat
Islam pasca tragedi WTC pada September 2001.
Tak mengherankan bila
banyak pihak yang menganalisis bahwa aksi-aksi terorisme di Indonesia ini
sengaja dimainkan oleh pihak asing. Tujuannya adalah melemahkan umat Islam
Indonesia sehingga Islam tidak bisa bangkit menjadi sebuah kekuatan yang besar
di negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia ini.
Oleh karena itu perlu
waspada terhadap segala tipu daya musuh-musih Islam tersebut. Para pengembang
dakwah harus terus istiqomah mendakwahkan Islam dan mengembalikan kejayaan
Islam dengan metode dakwah yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW.
Siapa Teroris Sebenarnya
? Sadarlah Wahai Kaum Muslimin…!
Jadi, siapakah terorisme
yang sebenarnya ? Kalau kita mau meneliti sejarah, maka terlalu banyak dan
panjang catatan peristiwa sejarah Amerika yang dapat membuktikan bahwa Amerika
adalah teroris sejati. Amerika dengan dukungan sekutunya NATO, berhasil menekan
PBB untuk mengembargo Irak.
Jika definisi teror
adalah membunuh rakyat sipil yang tak berdosa; anak-anak, wanita dan orang tua,
maka mereka atau Amerika adalah teroris paling pertama, teratas dan terjahat
yang dikenal oleh sejarah umat manusia. Mereka telah membantai jutaan rakyat
sipil tak berdosa di seluruh dunia; Jepang, Vietnam, Afghanistan, Iraq,
Palestina, Chechnya, Indonesia dan banyak negara lainnya.
Jika definisi teror
adalah membom tempat-tempat dan kepentingan-kepentingan umum, mereka adalah
pihak yang pertama, teratas dan terjahat yang mengajarkan, memulai dan menekuni
hal itu.
Jika definisi teror
adalah menebarkan ketakutan demi meraih kepentingan politik, maka merekalah
yang pertama, teratas dan terjahat yang melakukan hal itu di seluruh penjuru
dunia.
Jika definisi teror
adalah pembunuhan misterius terhadap lawan politik, maka mereka adalah pihak
pertama, teratas dan terjahat yang melakukan hal itu.
Jika definisi mendukung
teroris adalah membiayai, melatih dan memberi perlindungan kepada para pelaku
kejahatan, maka mereka adalah pihak yang pertama, teratas dan terjahat yang
melakukan hal itu. Mereka bisa berada di balik berbagai kudeta di seluruh
penjuru dunia. Aliansi Utara di Afghanistan, John Garang di Sudan, Israel di
bumi Islam Palestina, Serbia dan Kroasia di bekas negara Yugoslavia, dan banyak
contoh lainnya merupakan bukti konkrit tak terbantahkan bahwa The Real
Terrorist adalah Amerika dan sekutu-sekutunya!
Dengan demikian, setelah
ummat mengetahui rencana apa di balik isu terorisme, siapa teroris sebenarnya,
maka mereka juga harus tetap sabar, tawakal, dan yakin bahwa Islam pasti
menang. Hal ini sebagaimana janji Allah SWT dalam firmanNya :
“Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al
Qur’an) dan agama yang benar (Islam) untuk dimenangkanNya atas segala agama,
walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS At Taubah, 9 : 33 &
QS Ash Shaff, 61 : 9). wallahu a'lam.
0 Komentar