Harga tembakau yang
anjlok dan sebagian tidak terbeli, membuat petani resah dan gerah dengan
kondisi yang terjadi, terutama di daerah Jember yang cenderung anjlok secara
drastis, hal tersebut banyak tembakau petani yang tidak terbeli oleh
perusahaan, bahkan ironisnya, Perusahaan sudah tutup dan tidak menerima stok
tembakau di Jember. Petani tembakau mengalami kerugian yang lumayan cukup
serius. Ratusan petani Jember yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tembakau
Indonesia (ABDI), melakukan proses hearing dengan kepala daerah, dalam rangka
menuntaskan persoalan harga tembakau yang tidak stabil. Dalam orasinya petani
menyampaikan aspirasi dan keluh kesah mengenai kondisi yang terjadi dilapangan.
Demo yang dilakukan
oleh asosiasi petani tembakau Jember, pada pertengahan bulan lalu, yang dimulai
dari jam 09.00 sampai dengan jam 12.00. petani yang berorasi tersebut datang
dari 19 kecamatan yang ada di jember selatan, Jember Timur, mulai dari
kecamatan ambulu, balung, mumbulsari, tempurejo, ajung, kalisat, sukowono,
sumberjambe, mayang, silosanen, dan beberapa kecamatan yang ada di Jember.
Jember merupakan daerah
agraris dengan penghasilan dan potensi lahan tembakau yang cukup luas, dan
Jember merupakan salah satu daerah yang berpenghasilan tembakau dengan
penghasilan besar. Sementara itu target dan Hearing yang dilakukan petani Jember, menurut kordinator Widianto
menyatakan “ ada dua target yang ingin dicapai dalam hearing dengan Bupati
Jember, pertama meminta kepada bupati
mengenai kestabilan harga tembakau dari perusahaan terkait yang ada di Jember,
Mulai dari PT. Adi Sampoerna, PT.Djarum, dan PT. Gudang Garam. Kedua semua tembakau hasil panen para
petani yang ada di Jember semuanya terbeli oleh perusahaan, sehingga petani
tidak resah dan secara ekonomi terus tumbuh sesuai dengan harapan.
Kondisi ini masih terus
berlarut-larut dan petani masih belum mengenyam penghasilan yang memuaskan dari
hasil panen tembakau, seperti yang dialami oleh salah satu petani, Abd. Halim,
petani asal Tempurejo yang mengeluh “telah mengalami kerugian yang lumayan
besar. Bahkan kerugian yang dicapai sampai dengan angka puluhan juta, dari
modal yang telah dikeluarkan, hal itu diperparah lagi dengan tembakau yang
tidak laku dan tdak terbeli oleh perusahaan yang bersangkutan”.
Dari ratusan petani
yang ada di Jember, sebangyak 25 orang melakukan hearing dengan kepala daerah,
mewakili para petani yang datang dari 19 kecamatan yang ada di daerah Jember.
Hearing yang dilakukan di Pemda Jember antara petani dengan kepala daerah, berlangsung cukup lama, dengan harapan bahwa
hasil tembakau milik petani bisa terbeli semua dengan harga yang sesuai dengan
kondisi ekonomi masyarakat bawah. Disamping itu pula petani berharap RUU
tentang tembakau tidak direalisasikan oleh pemerintah, sebab RUU tersebut hanya
membatasi dan cenderung hanya akan merugikan para petani tembakau.
Hasil dari hearing
antara kelompok petani yang mengatasnamakan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia
(ABDI), Pemerintah Jember berjanji akan mengirim surat resmi pada perusahaan
tembakau untuk membeli tembakau dengan harga yang normal, namun fakta
dilapangan menunjukkan masih cukup banyak tembakau petani yang tidak terbeli
oleh perusahaan, sehingga problemnya, masih cukup banyak tembakau petani yang tidak
terbeli dan beku, dimasihn-masing rumah petani.
(Faisal)
0 Komentar