SYAHADAT CINTA ROBI’AH AL-ADAWIYAH
Yaa.. Tuhan, lenganku telah patah
Aku merasa penderitaan yang hebat atas segala yang menimpaku
Aku akan menghadapi segala penderitaan itu dengan sabar
Namun aku masih bertanya-tanya
Dan mencari-cari jawabannya
Apakah Engkau ridha akan aku
Puisi cinta Rabiah, sungguh sangat puitis, dan
mengisyaratkan, begitu dalam cinta yang dimilikinya, yang kemudian hanya
diperuntukkan hanya pada yang Esa. Namun sebagai manusia biasa, Robi’ah juga
memiliki segudang pertanyaan, tentang eksistensinya didunia ini. Sebagai sosok
perempuan, dengan latar belakang derita psikologis yang dialami Robi’ah,
menjadi pendorong untuk selalu melakukan pengharapan akan ridho Tuhan yang
senantiasa mengalir dalam setiap desah nafasnya.
Ya Allah….Ya Allah…
O’ Tuhan..inilah yang selalu mengganggu langit pikiranku.
Tuhanku,
Tenggelamkan diriku ke dalam lautan keikhlasan mencintai-Mu
Hingga tak ada sesuatu yang menyibukkanku
Selain berdzikir kepada-Mu
Tuhanku, bintang gemintang berkelip-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu-pintu istana pun telah rapat
Tuhanku, demikian malam pun telah berlalu
Dan siang datang menjelang
Aku menjadi resah dan gelisah
Apakah persembahan malamku Engkau terima ?
Hingga aku berhak mereguk bahagia
Ataukah itu kau tolak, hingga aku dihimpit duka
Demi ke-Maha Kuasaan-Mu
Inilah yang selalu kulakukan
Selama Kau beri aku kehidupan
Demi Kemanusiaan-Mu
Andai Kau usir aku dari pintu-Mu
Aku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku pada-Mu sepenuh kalbu
Sebagai manusia biasa, rasa keluh kesah tentang
suasana hati, yang selalu diselimuti tanda Tanya, dan menjadi kegelisahan yang
luar biasa atas pengharapannya kepada yang esa. Robi’ah terus berupaya
menenggelamkan diri dalam pertautan dalam diri, dengan tujuannya untuk bertemu
dengan kholiqnya. Setiap sujud dan dzikir cintanya, Robi’ah selalu
mempertanyakan tentang ibadanya, yang langsung bertautan dengan Ilahi Robby.
Yaa..Allah..
Jika aku menyembah-Mu karena takut neraka,
bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembah-Mu karena berharap surga,
campakkan aku darinya
Tetapi, jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata
Janganlah Engkau tutup keindahan wajah-Mu
yang abadi untukku.
Puisi diatas, merupakan salah satu puisi cinta Robi’ah
yang cukup popular, dan acapkali menjadi rujukan bagi generasi selanjutnya. Pada
luapan cinta itu Robia’ah secara totalitas mengadu kepada Tuhannya, dan murni
menjadi tujuan hidupnya, hanya dalam rangka mencintai Tuhan, Allah semata,
tiada yang lain. Bagi Robi’ah ibadah tidak bisa diukur secara matematis, atau
seperti system ekonmis, yaitu untung dan rugi, misalnya manusia beribadah,
karena mengharap masuk surga, berpuasa, supaya terbebas dari api neraka. Secara
esensial Ibadah bagi robi’ah adalah bentuk keikhlasan hati untuk bertatap muka
dan bercinta dengan kholignya. (Ical).
0 Komentar