Manusia
sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk lain, karena memiliki
hati, dan akal pikiran yang bisa menerjemahkan keinginan dan impian untuk
menjadikan nyata atau tampak secara materi dihadapan kita. Tetapi menjadi
sangat penting untuk membahas akal sebagai alat untuk berpikir atau menjadikan
pemikiran yang kemudian akan menghasilkan sesuatu dari apa yang dipikirkan,
dirasakan dalam setiap putaran sang waktu, yang kemudian diimplementasikan dalam
bentuk tindakan.
Hal-hal
yang perlu kita cermati sebagai manusia yang memiliki budi dan daya, dan proses
perkembangannya akan menjadi suatu peradaban dalam tiap-tiap golongan yang
dilestarikan sejak masa silam atau masa nenek moyang, bahkan hal itu sudah dimulai
dari Nabi Allah Adam As, yang sudah memiliki peradaban dengan berlandaskan
pengetahuan, karena fakta qur’ani menunjukkan Adam langsung diajari (di didik) oleh
Allah SWT, tentang sebuah nama-nama, ketika Adam masih didalam surga.
Adam
yang dipercayai ummat muslim sebagai bapak, atau manusia pertama dalam sejarah
Al-Qur’an merupakan symbol atau contoh nyata bagi manusia dalam mejalani
kehidupan yang penuh dengan teka-teki ini.
Berangkat
dari sinilah dasar yang paling fundamental dalam membangun peradaban ialah
berlandaskan pengetahuan, siapa yang mengetahui maka dia akan ditinggikan
derajatnya, itulah janji Allah, yang Allah sendiri tidak mungkin untuk
mengingkarinya terhadap apa yang telah ia kalamkan di dalam Al-Qur’an.
Sudah
sangat jelas dan nampak, petunjuk Allah dalam setiap kalamnya, bahwa manusia
dilahirkan secara fitri (Suci), secara mikro tergantung kepada kedua orang
tuanya, apakah ia akan dijadikan sebagai yahudi, nasrani, atau muslim. Artinya
disitulah menanam benih-benih yang dimulai dari kedua orang tua mengajarkan
berbagai hal terhadap putra-putrinya sebagai generasi penerus. Kalau kemudian
kita kaji ulang tentang kalamullah itu, bahwasanya Allah mengajarkan tentang
sebuah nama-nama kepada Adam, maka sesungguhnya tidak ada bedanya anak yang
terlahir secara fitri itu juga diajarkan berbagai hal oleh kedua orang tuanya,
sebagai bentuk penanaman dasar dalam rangka membentuk, dan mengembangkan
karakter dari anak yang terlahir suci tersebut. Perbedaannya kalau Adam
diajarkan oleh Allah SWT secara langsung, tetapi anak yang fitri tadi melalui
“tangan” panjang Allah yang diamanahkan kepada manusia untuk melanjutkan
kehidupan ini.
Sebagai
makhluk pemikir sekaligus penanya yang keduanya bertautan satu sama lain,
sehingga membentuk system secara alamiah dalam proses perkembangan kehidupan
manusia. Maka pada hakekatnya tidak ada sastupun bisa menghentikan pemikiran
itu sendiri, hanya Tuhan dengan mencabut nyawa kita, disitulah indah atau
buruknya kematian kita semua. Tetapi meletakkan dasar kebaikan dalam pondasi
kehidupan ini, tentu saja kebaikan-kebaikan itu akan dikenang sepanjang masa.
Proses berpikir, menurut Jalaluddin Rakhmad, dalam
bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi, disitu ada dua hal manusia
berpikir. Pertama berpikir autistic,
dan yang kedua adalah berpikir
realistic. Berpikir autistic adalah berpikir dengan cara merenung,
biasanya dilakukan dengan otak sebelah kanan, yang selalu memikirkan hal-hal
yang irrasional, bahkan diluar kebiasaan kebanyakan. Dengan berpikir autistic,
seringkali disitu tumbuh ide-ide kreatif yang mengajak kita untuk melakukan
tindakan-tindakan yang acapkali susah untuk dipahami orang banyak. Sementara
itu berpikir realistic adalah berpikir tentang sesuatu yang nyata (Rasional)
dan mudah dipahami oelh kebanyakan orang, sehingga orang yang berpikir
realistic selalu menggunakan logika kiri untuk menerjemahkan sesuatu menjadi
kenyataan yang nampak, masuk akal, dan sangat mudah untuk dipahami, karena
bersifat detail dan menyeluruh.
Bagaimana
dengan pemikiran yang kacau?
Secara
umum pikiran, pemikiran, dan pemikir memiliki makna dan arti yang perbedaannya
cukup tipis antara satu dengan yang lain. Pemikiran adalah hasil dari para
pemikir (manusia), pemikir adalah objek manusia itu sendiri, dan pikiran adalah
system yang bergerak didalam otak manusia, sehingga yang namanya manusia
sebagai makhluk pemikir memiliki arah dan tujuan yang dipandu oleh gerak
pikirannya sendiri, yang bergerak dalam bentuk tindakan.
Allah
SWT, menciptakan dua hal yang berpasang-pasangan, dan hal itu sudah menjadi
teori umum yang diketahui oleh manusia, jika ada hitam, maka pasti aka ada
putih, jika ada kebaikan, maka akan tampak keburukan, jika ada suka maka akan
nampak suatu duka, sehingga apapun yang ada didalam semesta ini bisa dibaca dan
dipelajari melalui serangkaian symbol-simbol yang diperlihatkan oleh Allah
dalam bentuk yang nyata maupun dalam bentuk yang tidak nyata. Disini mari kita
bahas gerak dari pikiran itu sendiri, pertama pikiran bisa menghasilkan sesuatu
yang positif, jika pikiran itu bergerak dalam kebaikan, begitu pula sebaliknya
pikiran bisa bergerak pada hal-hal yang negative, ketika gerakan pikiran itu
terkonstruk dalam pusaran energy negative.
Pikiran
positif akan menghasilkan sesuatu yang positif, begitu pula sebaliknya, pikiran
negative akan bergerak dan menghasilkan sesuatu yang negative. Mengapa
pemikiran negative (negative thingking) itu muncul pada manusia secara umum?
Disini perlu kemudian kita bahas tentang situasi dan kondisi yang mempengaruhi
alam pikiran kita. Pikiran akan menjadi kacau (mengarah pada negatif) ada
unsure-unsur situasi yang membuat pikiran itu sendiri menjadi tidak sehat,
misalnya mengapa banyak terjadi perceraian dilingkungan keluarga tidak mampu?
Pertama
yang paling dominan adalah factor ekonomi yang mempengaruhi alam pikiran manusia.
Kedua
factor lingkungan juga cukup dominan dalam mengkonstruk pemikiran manusia,
apakah anak yang suci akan menjadi nasrani, yahudi, atau muslim.
Ketiga
setiap manusia pasti memiliki problem dalam kehidupannya, meski kapasitasnya
berbeda-beda satu sama lain, sehingga problem tersebut mempengaruhi, membentuk
pola piker dan akan menjadikan situasi dan kondisi psikologis menjadi nyaman
atau tidak nyaman, menjadi suka atau tidak suka, menjadi baik atau buruk,
sehingga kondisi psikologis, ketika tidak mampu menghadapi problem yang ada
dalam diri menjadi pikiran kacau dan menjadikan pikiran itu sendiri menciut dan
menjadi pendek, sehingga berpengaruh pada tindakan, yaitu mencari jalan pintas
dengan cara melakukan hal-hal negatif, misalnya bermain togel, minum-minuman
keras, bermain-main dengan para perempuan nakal (Perzinahan), menjadi pelacur
terselubung, dan lain sebagainya. Apapun bentuknya sesuatu yang negative pasti
akan berakibat buruk bagi system kehidupan kita.
Dengan demikian konstruk pemikiran itu menjadi
sangat perlu adanya, bahkan kalau di ulas kembali bahwa mengkonstruk pemikiran
diharuskan sedini mungkin, bahkan dianjurkan mulai dari proses pernikahan,
bertemunya mani dan ovum, bahkan proses perkembangan antara setetes mani yang
kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging dan tulang
belulangnya, dan yang terakhir sampai umur empat bulan, proses peniupan ruh
kedalam wadah yang sudah terbentuk manusia tersebut, sehingga pasca ruh berada
didalam kerangka fisik, sempurnalah sebuah penciptaan manusia, setetalah itu
baru manusia bisa mendengar, merasakan, dan berbicara. Disitulah Islam
mengajarkan secara komplit bagaimana berusaha menjadikan manusia sebagai
makhluk sempurna dimuka bumi ini.
Power
Of Mind
Sesuatu
yang sangat berharga dalam diri, dan cukup Nampak hasilnya adalah pikiran itu
sendiri, karena dengan cara berpikir manusia bias melangsungkan kehidupannya
secara kontinuitas. Banyak para tokoh yang mengulas dan mengkaji bagaimana pikiran
itu menjadi sebauah kekuatan yang terkonstruk dalam diri, dan bergerak secara
harmonis dengan system Allah. Tidak bisa kita pungkiri Adam As, dengan cara
diajarkan tentang sebuah nama, Allah sudah mengajak Adam berpikir dengan cara
mengingat apa yang diajarkannya, sebagai bekal dalam proses menjalani kehidupan
didunia ini.
Sebagai
makhluk penanya, sebagai dasar dari perkembangan pemikiran, banyak dikaji sejak
zaman yunani dan romawi kuno, para tokoh atau filosof seperti Pytagoras,
Aximenes, Thles, Descartes, Aristoteles, Plato dan masih banyak tokoh yang lain
yang berupaya mengkaji dan menganalisa situasi dan kondisi Alam, Manusia Dan
Tuhan. Ketiga hal pokok tersebut menjadi kajian dan pemikiran dari banyak tokoh
filosof kala itu, tetapi sesungguhnya didalam Islam dasar-dasar dari proses
perkembangan pemikiran itu sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan dimulai dari
manusia pertama Adam As yang diajak berpikir oleh Allah tentang sebuah
nama-nama.
Kekuatan
pikiran tiada terbatas oleh jarak, ruang, dan waktu, semuanya bisa terlampaui,
bahkan kecepatan dari sebuah pemikiran yang bergerak secara sistemik mampu
melampaui batas yang tak terjangkau oleh kesadaran kita sendiri.
Tulisan
yang anda baca sekarang ini, adalah bentuk materi yang bisa terlihat oleh
pandangan mata, tetapi bacaan yang anda baca ini, bisa masuk kealam pikiran
anda, dan anda memahaminya, sehingga pemahaman tersebut menjadi abstrak,
disitulah secara mendasar antara materi dengan non materi yang bisa kita
bedakan secara signifikan.
Oleh sebab itu hati-hati
dengan pikiran anda, karena pikiran anda bisa membunuh, merusak, bahkan
membangun suatau peradaban yang kokoh, kalau anda salah menggunakan pikiran itu
sendiri sebagai alat untuk menerjemahkan kehendak Ilahiah, maka kehancuran yang
akan didapat, sementara perintah sang maha kuasa, dengan bekal pikiran itu kita
sebagai makhluk manusia diamanahkan untuk mengelola kehidupan ini dengan
sebaik-baiknya.