Saat malam menghampiri, riang kembali
keperaduannya, lentera putih mulai menghiasi sudut-sudut kota yang penuh
dengan amukan ambisi. pertatutan yang tak kunjung usai menjadi drama
yang selalu akan menjadi catatan sejarah dalam hiruk pikuk perjalanan.
biarkan orang mencemoh dan membenci terhadap apa yang kita perbuat, dan
biarkan mereka dengan bangunan persepsi yang akan terus berkembang
sepanjang waktu, hingga cerita itu menemukan ujung yang usai.
Diantara kawan dan sahabat-sahabatku, barangkali akulah manusia yang
paling tertutup, hingga mereka mengatakan,...ayolah bergembira ria,
jangan merenung terus, dan memikirkan orang lain, cukup engkau berpikir
tentang dirimu dan masa yang akan datang, tentu kita akan selalu
mendukungmu, sahut mereka.
Malam kian menantang, segelas kopi dan beberapa batang rokok hasil beli
eceran ku hisap dalam-dalam untuk menemukan kenikmatan, dan
menghilangkan penat yang menggerayang diseluruh badan, al hasil penat
pikiran itu, serasa dibawa oleh asap putih itu kelangit ketujuh.
Inilah diriku dengan segala bentuk kekurangan dan kelebihannya, mungkin
saja aku manusia yang kurang pandai bergaul, sehingga mereka acapkali
memojokkanku dengan guyonan-guyonan yang lucu sampai pada yang paling
ironis. ketika orang - orang disekitarku mengatakan, kapan kita akan
sukses, semuanya menggelengkan kepala, dan serentak bilang semuanya
butuh waktu dan proses yang gigih, serta ketekunan yang istiqomah untuk
mencapai kesuksesan itu.
Diantara saudara-saudaraku yang senasib dan seperjuangan bertahan
ditengah-tengah kerasnya badai dan kompetisi hidup yang kian berlangsung
ini, lantas bukan kepasrahan yang terbanam dalam jiwa, tetapi bertahan
dalam upaya-upaya yang harus dilakukan menjadi salah satu motivasi untuk
dijadikan dasar dalam melangkah, apapun itu yang pasti tidak melanggar
aturan-aturan sebagai manusia biasa, baik secara horizontal, maupun
secara vertikal.
Begitu sulitnya mendapatkan yang kumau, itulah faktanya, ini bukan
lantas bicara persepsi, tetapi kenyataan itu menjadi pandangan yang
transparan. bukan lagi rahasia umum. Kalaupun mereka memandang diriku
sok, ngak mau peduli, dan bahkan mencaci bahwa diriku tidak gaul,
sehingga kurang disenangi oleh para perempuan. Kalian sungguh ironi,
karena kenyataan yang begitu nyata, aku bukanlah seperti yang kalian
pikirkan selama ini, sebab auh dilubuk hati, aku masih memiliki nurani
yang nilainya tak bisa untuk diungkap dan dibandingkan oleh apapun.
Pandanglah aku dengan hati nurani, dan janganlah memandangku hanya
sebelah mata saja, sehingga yang muncul hanyalah kejelekan-kejelekan
saja, bukan lantas hal ini menjadi pembenaran dalam diriku, tetapi aku
sungguh tersipu malu dengan bangunan persepsi kalian yang beranggapan
aku seperti itu, wong Tuhan maha tahu,,,biarkan saja waktu berlalu...
Aku sungguh menginginkan engkau, dan aku yakin engkau teramat
mendambakanku, meski kutahu kepura-puraan dan kegengsian masih
menyelimuti hatimu...mungkin saja aku tidak setampan yang kau dambakan,
mungkin juga aku tak sekaya yang kau harapkan, dan mungkin saja aku
bukan perangkai kata yang indah dan menawan, dengan sekali berbisik
rayuan kau akan terlena dengan ucapanku...Tetapi mengertilah aku
hanyalah makhluk biasa-biasa saja, yang terus menekuni apa yang menjadi
kesukaanku...hingga suatu saat nanti, semua yang telah kulakukan tumbuh,
berkembang dan semoga aku masih bisa menuai hasilnya untuk
kupersembahkan untukmu..untuk kita,,..
ya Tuhan...sungguh aku berharap-harap dengan cemas, meski
sindiran-sindiran itu kerapkali menusuk jantungku...aku butuh kalian,
untuk menjadi saluran yang saling bersentuhan untuk sampai pada
pelataran hati yang membeku dan membisu...
0 Komentar