Subscribe Us

header ads

Aku Apa Adanya...

Saat malam menghampiri, riang kembali keperaduannya, lentera putih mulai menghiasi sudut-sudut kota yang penuh dengan amukan ambisi. pertatutan yang tak kunjung usai menjadi drama yang selalu akan menjadi catatan sejarah dalam hiruk pikuk perjalanan. biarkan orang mencemoh dan membenci terhadap apa yang kita perbuat, dan biarkan mereka dengan bangunan persepsi yang akan terus berkembang sepanjang waktu, hingga cerita itu menemukan ujung yang usai.
Diantara kawan dan sahabat-sahabatku, barangkali akulah manusia yang paling tertutup, hingga mereka mengatakan,...ayolah bergembira ria, jangan merenung terus, dan memikirkan orang lain, cukup engkau berpikir tentang dirimu dan masa yang akan datang, tentu kita akan selalu mendukungmu, sahut mereka.
Malam kian menantang, segelas kopi dan beberapa batang rokok hasil beli eceran ku hisap dalam-dalam untuk menemukan kenikmatan, dan menghilangkan penat yang menggerayang diseluruh badan, al hasil penat pikiran itu, serasa dibawa oleh asap putih itu kelangit ketujuh.
Inilah diriku dengan segala bentuk kekurangan dan kelebihannya, mungkin saja aku manusia yang kurang pandai bergaul, sehingga mereka acapkali memojokkanku dengan guyonan-guyonan yang lucu sampai pada yang paling ironis. ketika orang - orang disekitarku mengatakan, kapan kita akan sukses, semuanya menggelengkan kepala, dan serentak bilang semuanya butuh waktu dan proses yang gigih, serta ketekunan yang istiqomah untuk mencapai kesuksesan itu.
Diantara saudara-saudaraku yang senasib dan seperjuangan bertahan ditengah-tengah kerasnya badai dan kompetisi hidup yang kian berlangsung ini, lantas bukan kepasrahan yang terbanam dalam jiwa, tetapi bertahan dalam upaya-upaya yang harus dilakukan menjadi salah satu motivasi untuk dijadikan dasar dalam melangkah, apapun itu yang pasti tidak melanggar aturan-aturan sebagai manusia biasa, baik secara horizontal, maupun secara vertikal.
Begitu sulitnya mendapatkan yang kumau, itulah faktanya, ini bukan lantas bicara persepsi, tetapi kenyataan itu menjadi pandangan yang transparan. bukan lagi rahasia umum. Kalaupun mereka memandang diriku sok, ngak mau peduli, dan bahkan mencaci bahwa diriku tidak gaul, sehingga kurang disenangi oleh para perempuan. Kalian sungguh ironi, karena kenyataan yang begitu nyata, aku bukanlah seperti yang kalian pikirkan selama ini, sebab auh dilubuk hati, aku masih memiliki nurani yang nilainya tak bisa untuk diungkap dan dibandingkan oleh apapun.
Pandanglah aku dengan hati nurani, dan janganlah memandangku hanya sebelah mata saja, sehingga yang muncul hanyalah kejelekan-kejelekan saja, bukan lantas hal ini menjadi pembenaran dalam diriku, tetapi aku sungguh tersipu malu dengan bangunan persepsi kalian yang beranggapan aku seperti itu, wong Tuhan maha tahu,,,biarkan saja waktu berlalu...
Aku sungguh menginginkan engkau, dan aku yakin engkau teramat mendambakanku, meski kutahu kepura-puraan dan kegengsian masih menyelimuti hatimu...mungkin saja aku tidak setampan yang kau dambakan, mungkin juga aku tak sekaya yang kau harapkan, dan mungkin saja aku bukan perangkai kata yang indah dan menawan, dengan sekali berbisik rayuan kau akan terlena dengan ucapanku...Tetapi mengertilah aku hanyalah makhluk biasa-biasa saja, yang terus menekuni apa yang menjadi kesukaanku...hingga suatu saat nanti, semua yang telah kulakukan tumbuh, berkembang dan semoga aku masih bisa menuai hasilnya untuk kupersembahkan untukmu..untuk kita,,..
ya Tuhan...sungguh aku berharap-harap dengan cemas, meski sindiran-sindiran itu kerapkali menusuk jantungku...aku butuh kalian, untuk menjadi saluran yang saling bersentuhan untuk sampai pada pelataran hati yang membeku dan membisu...

Posting Komentar

0 Komentar