Sebagai penulis novel kategori "Metropop", Alia Zalea lebih dikenal sebagai aliaZalea (dengan Z besar). Novel-novelnya dari Miss Pesimis, Blinda Date, Crash Into You, Celebrity Wedding, dan terakhir The Devil in Black Jeans,mendapat sambutan positif dan digandrungi banyak pembaca yang mayoritas perempuan.
Siapa mengira kalau bungsu dari dua bersaudara kelahiran Jakarta, 4 Mei 1981, ini sudah bergelar doktor, dan sekarang menjadi dosen psikologi di salah satu universitas swasta di Malaysia. Alia memang bermukim di negeri jiran tersebut sejak sepuluh tahun yang lalu.
Dalam kesempatan peluncuran kumpulan cerpen MetropopAutumn Once More, di Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Barat, Jakarta, Sabtu (6/4/2013), Alia berbagi rahasia. Menurutnya, dari pengalaman menulis novel metropop yang terbilang sukses, ada formula khusus yang mungkin bisa diintip dan dicoba.
“Untuk bikin novel Metropop yang bagus itu, pertama karakter laki-lakinya mesti tampil semenarik dan seseksi mungkin, karena begitulah yang akan membuat pembaca, dalam hal ini perempuan, suka. Saya sendiri suka dengan cowok yang seksi,” ujar Alia lugas.
Kemudian setiap karakter saling terhubung atau terkoneksi, sehingga cerita pun akan terus nyambung dan ada benang merahnya. Karakter dalam novel Metropop biasanya mereka yang sudah bekerja, atau wanita karier. Novel dengan segmen di bawah usia tersebut akan masuk kategori Teenlit.
Saat menulis, setiap orang punya caranya masing-masing; ada yang butuh outline ada yang tidak. Alia sendiri punyaoutline, tapi saat menulis ia tidak dibatasi oleh outline tersebut. Dia lebih membiarkan dirinya menulis apa saja, bahkan keluar dari batasan outline.
“Biasanya di akhir kalau sudah kelar nulis itu saya edit dan lihat lagi, baru tentukan babnya,” kata penyuka novel dan musik klasik ini.
Bagaimana kalau dalam proses menulis penulis mengalami writers block? Setiap penulis pernah mengalaminya. Tapi buat Alia, dia selalu berusaha ngotot tetap terus menulis. Selama idenya ada, maka menulis bisa terus berkembang.
“Biasanya di awal menulis saya sudah tahu karakter laki-laki dan perempuan seperti apa, lalu berkembang seiring penulisan,” ujarnya.
Setiap orang punya gaya penulisan sendiri-sendiri, begitu pun Alia. Dia merasa kalau gaya menulisnya ada pada penggambaran detail cerita seksi, seperti gambaran orang yang sedang berciuman, tapi tidak terlalu vulgar. Sementara untuk bahasa, meski disebut Metropop, tidak harus bahasa gaul. Bahasa sehari-hari pun bisa digunakan.
“Dengan begitu saya ingin karya saya juga masih bertahan cukup lama di masa yang akan datang, atau tidak ketinggalan zaman,” tambahnya.
Untuk proses penulisan, Alia pun melakukan riset terutama dalam pembentukan karakter. Misalnya, yang perempuan beranjak dari orang-orang yang ada di sekitarnya, sementara yang laki-laki biasanya gabungan antara sosok lelaki yang satu dengan yang lain.
“Untuk karakter yang saya tidak alami seperti jadi dokter, analis keuangan, atau musisi, maka saya perlu riset supaya karakternya terasa nyata,” ujar Alia.
Selanjutnya kalau sudah jadi, cover atau sampul buku sangat menentukan. Buatlah sebagus mungkin, karena berdasarkan pengalamannya, Alia percaya cover yang bagus turut memengaruhi keinginan orang untuk membacanya.
Hal yang tak kalah pentng dari proses menjadi penulis adalah pantang menyerah. Novel Metropop pertama Alia, Miss Pesimis, prosesnya sama seperti penulis pemula pada umumnya. Alia mengirimkan naskah dalam bentuk cetak atauhard copy ke penerbit, dalam hal ini Gramedia Pustaka Utama.
Setelah tiga bulan menunggu barulah ia mendapat surat yang mengatakan naskahnya diterima, asalkan diedit di beberapa bagian. Naskah novel kedua dan ketiga masih sama prosesnya, sampai kemudian Alia mengenal editornya. Ia pun mengirim dalam format file atau soft copy lewat surat elektronik karena dia bermukim di Malaysia.
“Pokoknya dulu itu main nekat, sok pede bisa diterima sama Gramedia. Kalaupun tidak, baru saya kirim ke penerbit lain, tapi kan akhirnya keterima,” ujar Alia sumringah.
Kegigihan menulis menjadi penting apalagi ketika kesibukan kerap jadi alasan untuk menunda dan seolah tidak ada waktu. Alia punya kiat tersendiri dengan selalu menyisihkan waktu untuk menulis, antara malam sebelum tidur atau sebelum berangkat kerja. Kalaupun masih tidak sempat, maka biasanya menyisihkan waktu minimal sejam dalam sehari.
Sumber : Kompas.com
0 Komentar