Subscribe Us

header ads

SBY: Ini KUDETA Bung…!?

Adanya isu yang beredar terkait dengan demo besar pada 25 maret mendatang membuat istana meradang, bahkan presiden SBY mensinyalir demo besar ini akan dijadikan momentum untuk melakukan KUDETA atas kekuasaannya. Pernyataan presiden SBY ini diperkuat dengan info yang katanya diperoleh lewat laporan terpercaya, ‘laporan Intelejen’.

Isu yang dihembuskan ini menjadi polemik tersendiri ditengah kepercayaan publik yang semakin tergerus terhadap pemerintahan SBY. Isu ini sepertinya mendapat sambutan hangat dari para pembenci SBY untuk menyerang pemerintah dengan memanfaatkan kelemahan dan kesalahan pemerintah. Disisi lain pemerintah sepertinya sedang mencari simpati publik dengan memposisikan pemerintah sebagai ‘anak kecil’ yang di jahili.

Terlepas dari siapa yang mencari keuntungan dengan kondisi ini, suatu hal yang pasti SBY sebagai seorang kepala negara dan kepala pemerintahan telah melakukan kesalahan fatal. Pertama, Menyalah gunakan laporan intelejen untuk kepentingan pribadi karena ia secara individu merasa terancam dari posisinya sebagai seorang presiden. Penyalah gunaan ini nampak jelas dilakukan SBY dan ini bukan kali pertama beliau melakukan kesalahan yang sama, sikap reaktifnya seketika muncul jika secara individu beliau merasa terancam. Masih segar dalam ingatan publik ketika SBY menunjukkan foto dirinya yang dijadikan sasaran tembak latihan teroris yang juga berdasar pada ‘laporan intelejen’. Namun sangat mengejutkan laporan itu hanyalah bohong belaka, dan hal yang sama juga telah dibantah oleh BIN bahwa tidak akan ada kekuatan yang menggerakkan kudeta pada tanggal 25 maret mendatang.

Kedua, menjadikan ‘laporan intelejen’ sebagai konsumsi publik. Saya sebagai masyarakat awam merasa aneh dengan ulah pemerintah hari ini, laporan intelejenpun dilempar menjadi isu publik yang berujung kontriversi. Bukankah ‘lapoaran intelejen’ itu rahasia negara..?? Atau jangan-jangan negara ini sudah kehilangan jati diri.., maka anda jangan kaget jika nanti bertemu dengan ‘intel’, “sorry broo aku ini intel jangan macam-macam..” (hehehe…) atau sebentar lagi pemerintah akan meluncurkan ’seragam’ baru khusus untuk intel dengan tanda pengenal ‘awas ini intel’…!! _*

‘laporan intelejen’ semestinya menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan bukan malah menjadikannya tameng untuk bersembunyi dari ketidak mampuan memberi rasa puas pada publik. Sekalipun ada informasi yang mengancam keutuhan dan kedamaian yang berujung pada instabilatas negara sudah semestinya pemerintah melalui badan dan instansi terkait melakukan operasi kontra-intelejen dan mengerahkan segala sumberdaya dan kemampuan untuk meredamnya sebelum informasi itu menjadi kenyataan.

ketiga, dengan adanya Isu ini pemerintah telah melakukan upaya untuk menakut-nakuti warganya sendiri sehingga akan muncul kehawatiran ditingakat masyarakat yang berujung pada munculnya rasa tidak aman. Bukankan menciptakan rasa aman dan nyaman adalah tugas pemerintah..?

Jika pemerintahnya sendiri menakut-nakuti warganya, siapa lagi yang bisa diharapkan..?
Keempat, mempertontonkan kebobrokan pemerintah. Sikap presiden SBY ini secara kasat mata menggambarkan betapa bobrokroknya sistem koordinasi dan pengelolaan kelembagaan dalama pemerintahan. Pengelolaan lembaga negara membutuhkan profesionalisme tinggi yang taat azaz dan aturan yang berlaku, bukan malah melangkahi dan mengangkagi aturan baku yang dibuat sendiri.

Negara Indonesia bukanlah negara yang mempunyai sejarah dan tradisi ‘Kudeta’, namun negeri ini punya sejarah peralihan kekuasaan yang juga berdarah-darah dan penuh intrik serta gonjang-ganjing sebagai akibat kekecewaan yang mendalam dari masyarakat terhadap pemerintah. Kekhawatiran SBY secara individu bisa diterima dan cukup beralasan melihat realitas politik hari ini, namun sikapnya yang mengumbar isu menjadi konsumsi publik adalah tidakan yang tidak elok. Jika SBY ingin mengakhiri pemerintahannya dengan elegan tidak ada cara lain baginya kecuali, pertama, memanfaatkan sisa pemerintahannya untuk berbuat dan bekerja secara maksimal demi kepentingan rakyat bukan malah sibuk dengan urusan diluar pemerintahan. Kedua, Bersikap tegas pada seluruh jajaran dibawahnya untuk bekerja pada koridor yang telah ditetapakan. Ketiga, melakukan evaluasi terhadap jajaran pemerintahannya dan menindak tegas mereka yang tidak mampu bekerja dengan baik. Keempat, hadir dan memberi solusi ditengah masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sebagai seorang presiden sudah saatnya SBY meninggalkan orientasi pada pencitraan dan berhenti dari keluh kesah yang hanya bisa ‘prihatin’ melihat segala persoalan. Berilah solusi atau setidaknya sedikit motivasi agar rakyat Indonesia kembali menemukan semangatnya yang hilang. Bergurulah pada Soekarno yang selalu hadir ditengah masyarakat yang mampu membangkitkan motivasi dan semangat juang masyarakatnya ditengah himpitan masalah dan segala keterbatasan. Atau sosok Ahmadinejad dengan kesederhanaanya membangun komunikasi tanpa batas dengan warganya tanpa harus malu dan takut terhadap pandangan negatif bangsa lain, memberi solusi,pencerahan dan pencerdasan. Bahkan Ahmadinejad menjawab dengan santai pernyataan yang mengatakan ia tak punya tampang seorang preseiden, “tapi aku punya tampang seorang pelayan”.

SBY juga bisa mengambil pelajaran pada sosok yang lagi naik daun di negeri ini, Jokowidodo. Dengan gaya sederhana dan merakyat jokowi mendapat simpati publik, dengan gaya blusukan ia hadir ditengah-tengah masyarakat tanpa merasa canggung, geraha apali malu. Dukungan pulik yang begitu kuat bisa membuatnya konsentrasi dalam melaksanakan program-program pemerintahannya, bahkan jika ada pihak-pihak yang mencoba menghalangi niat baiknya rakyat akan berdiri tegak untuk membela pemimpin pujaannya. Membangun untuk rakyat adalah keharusan, namun membagun ‘bersama rakyat’ adalah sebuah konsep yang layak dicoba.

Sekali lagi kami tidak butuh keluh kesah, tunjukkan kalu kau memang punya nyali, berkaryalah disisa jabatanmu yang sebentar lagi akan berakhir.
Salam metal untuk Indonesia…!|!
@rivai19

Sumber : detiknews