Perubahan demi perubahan terus mengalir sesuai dengan situasi dan
kondisi yang mengalami perubahan dan menuntut kesesuaian dihampir semua
lapisan. secara sosiologis bahwa aturan-aturan juga terus mengalami
perubahan yang orientasinya sama-sama menginginkan menjadi sebuah aturan
yang lebih baik lagi.
Berangkat dari fakta yang terjadi pada tahun 2009, banyak para calon
legislatif yang berhasil, dan banyak pula yang gagal dalam memperoleh
suara, karena para calon wakil rakyat tersebut dengan beragam cara
dilakukan untuk meraih kursi sebagai pemenang. tidak peduli apakah
berangkatnya murni dan tulus dalam memperjuangkan hak-hak rakyat sipil,
atau hanya mencari kekayaan pribadi saja, wallahu a’lam.
Dalam konstek saat ini saya katakan bahwa pendidikan politik sama sekali
masih belum menyentuh pada akar rumput, kendati demikian ada problem
yang mendasar sebenarnya dari beberapa partai politik yang menganut
sistem yang sudah usang. sebagai sebuah lembaga atau organisasi politik,
tentu mencari simpatisan, dukungan, loyalis, atau apapun namanya
menjadi sebuah keharusan dalam sistem politik dinegeri ini, yang katanya
menganut sistem Demokrasi. demokrasi seperti apa, kayaknya Negeri ini
masih belum tuntas!!!!
Kapital dalam menjalankan sistem politik, tentu menjadi suatu
keniscayaan dan tidak bisa dipungkiri keberadaannya, tentu saja dalam
menjalankan hal tersebut dalam batas-batas kewajaran, dan tidak
mengajarkan masyarakat bersikap apatis. maka disiniliah menjadi tanggung
jawab bersama, baik dari orpol, ormas, LSM, dan lembaga-lembaga lain,
yang merasa prihatin dengan pembagunan demokrasi dinegeri ini.
Apa yang dimaksud dengan nilai disini? lantas kita tidak bisa menjadikan
nilai tersebut berbentuk angka-angka yang mudah dipahami dan dicerna,
tetapi nilai yang kami maksud adalah, suatu bentuk upaya dari
pihak-pihak yang prihatin dan bertanggung jawab untuk melakukan
odvokasi dan pendidikan politik sebagai upaya penyadaran, bahwa hak
memilih, menetukan, dan hak bersikap menjadi salah satu unsur penting
dalam sendi-sendi pembangunan dinegeri ini.
Ketika mengingat kegagalan demi kegagalan dari calon legislatif yang
berkompetisi ditahun 2009, sangat miris keberadaannya, dimana sudah
terbentuk sebuah opini dimasyarakat awam, bahwa satu suara sudah diberi
label Rp. 50.000, maka para kandidat yang berlaga harus memiliki kost
politik yang cukup besar, dan hal ini sudah menjadi akar yang sulit
untuk didestruksi.
memasuki tahun 2013 ini, musim politik pun sudah dimulai, dari akar
rumput pemilihan langsung kepala desa, gubernur, legislatif dan
seterusnya sudah dipersiapkan dengan matang.
Oleh karenanya kita amati secara kontinuitas proses pendidikan politik
dari lembaga-lemabaga yang bertanggung jawab. mampukah semua elemen
memberikan penyadaran terhadap masyarakat bahwa money politics hanya
akan merusak tatanan dan sistem dinegeri ini.
0 Komentar