Hidup dimanapun kita selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan yang harus
dipilih, tak terkecuali pada pilihan yang paling sulit dan membuat
dilema antara yang satu dengan yang lain. banyak orang tidak sanggup
dengan pilihan-pilihan yang dilematis, sehingga menyebabkan kegelisahan
yang hinggap dipikiran dan hati.
ketika berbicara tentang adat istiadat yang sudah tertanam semenjak kita
lahir, kemudian dilestarikan oleh sekelompok atau sebagian orang yang
memiliki kebiasaan tersebut, maka ketika ada perilaku yang di
“persepsikan” diluar kebiasaan, maka bisa dipastikan penolakan-penolakan
terhadap perilaku yang dianggap menyimpang tersebut pasti akan menjadi
problem yang cukup signifikan, apalagi bagi yang bersangkutan.
Indonesia sebagai negara kesatuan yang majemuk, memiliki keberagaman
dari aspek keyakinan, suku, budaya, dan bahasa, dan hal ini siapapun
yang berada dinegeri tercinta ini, tidak bisa memungkiri adanya hal
tersebut. bagaimana menyikapi keberagaman ini? tentu tidak semua orang
bisa menerimanya, apalagi sudah dianggap melenceng. sudah cukup banyak
peristiwa akan hal tersebut yang menyebabkan pertengkaran, permusuhan,
dan menjadikan negeri ini semakin runyam oleh persoalan sosial dan
humanity.
Adat istiadat dan cinta, ini dua hal yang menjadi problem yang cukup
rumit, mengapa tidak!!pada satu sisi hal ini dihadapkan pada pilihan
yang dilematis dan mengandung resiko yang cukup tinggi, tetapi
pilihan-pilihan itu bersifat memaksa harus memilih. Perlu digaris
bawahi, bahwa tulisan ini tidak sedang menyinggung siapa-siapa, ataupun
keberadaan adat istiadat yang ada di Indonesia, tetapi hal ini berangkat
dari sebuah realita yang perlu untuk kemudian kita cermati bersama.
Penulis memiliki seorang sahabat, dan kami anggap sebagai saudara,
meskipun ia berasal dari kasta yang berbeda. kasta tersebut hampir sama
dengan golongan ningrat atau golongan bangsawan, sehingga ia harus
memilih resiko yang cukup berat dalam hidupnya sekaligus dilematis..saya
pun tidak habis pikir dengan kondisi sahabatku itu..apa memang benar
cinta itu buta dan membutakan perkara-perkara besar? atau semua sudah
tertutupi oleh perasaan ingin memiliki untuk saling berbagi.?entahlah,
akupun belum menemukan solusi yang pass!!
hari-hari terus berlalu, waktu tiada henti berputar, awal dari sebuah
kehidupan ini, sesungguhnya menuju pada akhir dengan indah dan senyum
bahagia!!tetapi kebahagiaan yang diharapkan justru dengan kerasnya
dihalangi oleh yang namanya adat istiadat. apakah cinta yang salah, atau
justru sebaliknya? solusi masih belum terjawab, waktu tak kuasa untuk
dihentikan, begitu pula dengan perjalanan hidup yang keras dan penuh
dengan tantangan ini.
Tuhan tidak akan merubah suatu kaum, ketika kaum itu tidak mau
merubahnya, begitu pula dengan konstek cinta atau perasaan yang sudah
tertanam dalam lubuk jiwa yang terdalam, siapa yang memberikannya, pasti
semua akan menjawab, itu adalah anugerah Tuhan yang patut untuk
disyukuri. kalau kemudian itu anugerah, mengapa manusia dengan
congkaknya dan dengan mengatasnamakan adat istiadat, harus memisahkan
hasrat untuk berbagi satu sama lain, dengan alasan yang tidak rasional.
siapa kemudian yang perlu dipersalahkan,.adat istiadat, ataukah cinta?
atau keduanya mengandung kelemahan-kelemahan yang tidak bisa kemudian
kita pungkiri. bagaimana menurut pendapat mas-mas dan mbak-mbak
kompasianer.