Berangkat
dari ssebuah peristiwa, dan perkembangan politik di Indonesia, yang
seringkali kita ermati bersama, menuju era domokratisasi, dan
berideologi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, pada kenyataannya
bentuk implementasi tersebut tidak seperti yang kita bayangkan dan kita
harapkan. Politik dinegeri ini, masih terkesan kotor, sadis, penuh
dengan trik dan tipu daya untuk mengkelabui rakyat.
Ditetapkannya
seorang Anas Urbaningrum sebagai tersangka, tidak hanya AU saja yang
kemudian muncul secara perlahan, tetapi lembaga indpenden kemahasiswaan
yang kita kenal dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), yang terus
berlanjut menjadi Korp Alumni HMI yang disingkat dengan KAHMI, banyak
kalangan yang mulai mendiskusikannya. Pada dua lembaga tersebut banyak
pandangan yang beragam, ada yang subjektive dan ada pla yang objektive.
Tentu ini merupakan dampak dari berhentinya seorang Anas dari ketua umum
partai penguasa ini, sehingga berdampak begitu kuat terhadap organisasi
kemahasiswaan ini.
Sejarah
suatu saat akan membuktikan, bahwa HMI maupun KAHMI tidak seperti yang
dipikirkan oleh mbak Ninoy N Karundeng, dalam artikelnya yang berjudul *8 Kecerdasaan Anas Urbaningrum* dalam tulisan tersebut terkesan ada keperpihakan yang cukup tajam dan bersifat destruktif. Ninoy menulis “Pertama,
Anas Urbaningrum secara cerdas masuk HMI. HMI ternyata menjadi salah
satu lembaga yang banyak melahirkan koruptor. HMI adalah tempat
pengaderan koruptor masa depan. Terdapat bukti alumni HMI banyak
terjerat kasus korupsi dan etika. Ada Beddu Amang, Akbar Tandjung,
Bustanil Arifin, Ahmad Tirtosudiro dan tentu Anas Urbaningrum yang
tersangkut korupsi”
http://politik.kompasiana.com/2013/02/23/-8-kecerdasan-anas-urbaningrum-536416.html, . begitu pula dengan masyarakat umum.
Statemen
mbak Ninoy N Karundeng, pada poin pertama itu, saya rasa tidak memiliki
dasar yang tepat dan kuat, mengapa demikian? Dalam statemen tersebut
secara institusional menyinggung lembaga kemahasiswaan ini sebagai salah
satu lembaga yang banyak melahirkan koruptor atau sebagai kawah
candradimuka yang mengelola SDM untuk merusak negara, dengan
mencontohkan sebagian kecil Alumni HMI seperti Beddu Amang, Akbar
Tanjung, Bustanil Arifin, Ahmad Tirto Sudiro, dan tak lupa pula mantan
ketua umum era 98 yang tak lain adalah Anas Urbaningrum. Artinya sangat
tidak cukup tokoh-tokoh tersebut sebagai sampel untuk meraih kesimpulan.
Yang selanjutnya Mbak Ninoy N Karundeng, bukanlah seoarang yang gentel
dengan memasang foto cantik dan profil yang tidak jelas, tetapi sedikit
Analisis, Bahwa Mbak Ninoy adalah salah satu wartawan di media online
yang tidak perlu saya sebut namanya.
HMI
sebagai lembaga kemahasiswaan, yang didirikan oleh manusia Genius bapak
Lafran Pane yang berasal dari Tapanuliselatan tersebut, melahirkan
gagasan untuk mendirikan lembaga kemahasiswaan yang berideologi
Islam-Nasionalis. HMI yang berdiri pada tanggal 5 Februari 1947 ini
merupakan organisasi kemahasiswaan yang tidak terkait dan terikat oleh
kelompok manapun, termasuk oleh kelompok penguasa. Maka disini sangat
perlu untuk diklarifikasi, bahwa antara HMI dan KAHMI adalah linstitusi
yang berbeda dan memiliki fungsi dan peran masing-masing.
Ketika seorang Anas Urbaningrum yang pernah dididik dalam Himpunan, bukan berarti HMI sebagai kawah candradimuka pencetak
koruptor. Tetapi keberadaan HMI dan eksistensinya sampai detik ini,
sudah memberikan konstribusi yang cukup besar dalam proses berdemokrasi
ditanah air ini.
Sampai
Detik ini, saya secara pribadi masih meyakini, bahwa organisasi
kemahasiswaan ini masih terus bergerak untuk menetak generasi yang lebih
baik lagi, dengan tetap memegang amanah dan prisnsip-prinsip yang
berlaku, serta tujuan dari himpunan tersebut.
Oleh karenanya mari kita kaji kembali mengenai tafsir tujuan HMI yang tertuang dalam AD/ ART HMI yang berbunyi “
Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang Bernafaskan Islam
dan Bertanggung Jawab Atas Terwujudnya Masyarakat Adil- Makmur Yang
Diridhoi Oleh Allah SWT”. Apa yang menjadi tujuan tersebut sudah tertuang dalam 5 Tafsir Tujuan HMI.
Secara
Institusional HMI adalah lembaga independent yang tidak terikat dan
mengikatkan diri pada pihak manapun, oleh karenanya jika Anas
Urbaningrum selaku senior di himpunan, dan terbukti secara yuridis
bersalah, maka bukan HMI yang bersalah, tetapi Anas sendiri, maka
pemisahannya cukup jelas. Sehingga apa yang di opinikan oleh Mbak Ninoy N
karundeng sungguh tidak beralasan dan sangat subjektif.
Artikel
ini bukanlah pembelaan terhadap seorang Anas ataupun pada senior-senir
lainnya yang pernah terjerat hukum, sehingga terkesan bombastis
diberitakan dimedia massa. Tetapi HMI bukanlah seperti yang diopinikan
oleh Mbak Ninoy N Karundeng. HMI tetaplah HMI, HMI bukan Anas, HMI bukan
pula Akbar Tanjung, tetapi keduanya pernah ber-HMI. HMI bagi penulis
secara pribadi adalah sebuah kawah dalam rangka ikut mencerdaskan anak
bangsa, dan yang pernah merasakan berHMI adalah pemuda-pemudi yang
dididik untuk menjadi seorang pemimpin yang cerdas dan tetap memegang
prinsip sebagai seorang Nasionalis sekaligus Islamis, bukan koruptois.