Subscribe Us

header ads

Ontologi Puisi Cinta




REVOLUSI
Kami atas nama rakyat jelata mengadu pada sang penguasa
Tapi ternyata mereka telah tuli dan buta
Tidak pernah melihat dan merasakan apa yang kami rasakan.
Mereka hanya tahu mencari masa dengan segala cara
Bekerja atas nama rakyat, itu hanya dibibir saja
Kapan penguasa tahu kondisi rakyatnya
Yang menangis sambil berlari-lari
Mengais sampah busuk sisa penguasa
Kami tahu bahwa Tuhan
 tidak akan merubah nasib suatu kaum
 kalau kaum itu tidak mau merubahnya.
Kami minta pada mereka
Yang asyik diskusi disenayan
Jangan memberikan pelajaran yang tidak baik pada rakyat
Biar tidak ditiru oleh rakyat.
Jangan menindas rakyat,
karena penguasa lahir dari rakyat
hari ini kita butuh revolusi
dalam rangka penyegaran kembali
kalau tidak kami  akan unjuk gigi
inilah geraham kami yang mulai ompong
yang semakin hari tidak bertaring
kami sebagai rakyat kecil
sudah lelah meliahat perilaku birokrasi
yang hanya tahu bagaimana caranya meraih kursi
sementara mereka tidak tahu menjalankan fungsi.
Cita-cita kami hanya ingin menjadikan bangsa yang berbudi
Bukan bangsa yang tunggangi oleh kaum yahudi
Mengertilah, pahamilah bahwa ini adalah kata nurani
Siapa yang mendengar, merasakan, tentu tahu apa yang kami inginkan.
DOA
 NASIONALISME

Saudara-saudaraku, mari kita berhenti sejenak
Tengadahkan tangan kita
Berdoa pada Tuhan
Semoga bangsa ini selamat dari adzab Tuhan
Walau tidak bisa dipungkiri
Telah terjadi kegoncangan yang luar biasa dibangsa ini
Mulai dari tsunami
Banjir bandang
Lumpur lapindo
Banjir dingin yang hampir menenggelamkan ibu kota
Dahsyatnya merapi meletus
Sampai terakhir bromo mulai meluapkan amarahnya
Semuanya telah menelan ribuan jiwa.
Ya….Tuhan kami
Engkaulah penerang bagi kami
Engkaulah penguasa diatas segala penguasa
Jangan biarkan kami hidup di Istana yang megah
Tapi menjadi penjara
Bukan itu yang kami inginkan,
Kami hanyalah ingin menghapus air mata karena dosa-dosa kami
Maafkan kami yang telah memilih umara’ hanya menjadi biang kerok
Tapi yang pasti kami sudah berusaha yang sesuai dengan keinginan-Mu
Oh…Tuhan
Kami mohon pada-Mu berilah petunjuk pada mereka yang mulai korup
Mereka yang mulai menggadaikan keimanan
Mereka yang mulai gila dengan harta dan wanita serta tahta
Dan mereka yang tak lagi mempunyai semangat untuk memperbaiki bangsa ini
Ya,,,Tuhan kami
Berilah petunjuk pada mereka yang lupa pada saudara-saudarnya
Yang fakir miskin, dzuafa’ dan kaum jelata
Doa kami hanya untuk negeri tercinta
Yang  hijau dan kaya akan sumber alamnya.

Senyum Keabadian
Dikala malam semakin sunyi
Kurebahkan tubuh ini diantara
Sepi sang waktu menyelimuti.
Rintik-rintik hujan menutupi bintang
Kilat membelah langit
Guntur menggemparkan kesunyian
Sejenak aku terdiam
Disaat tarian gemulai sang bidadari
Menaburkan Senyum keabadian.
Air mata telah menjadi pelipur lara
Duka telah menjadi penyejuk jiwa
Indahnya kematian
Ditengah keterasingan
Telah membuka tabir-tabir rahasia
Antara cinta, luka dan air mata
Begitu molek dan indah wajah yang kau tampakkan
Walau itu acapkali menjadi tipuan
Topeng-topeng kemunafikan
Dibungkus oleh senyum tak bermakna
Bahwa kau sangat cinta, namun tak mampu berkata
Gerak tubuhmu menjadi pertanda
Gaya bahasa menjadi luka
Jangan berteriak pada Tuhan
Dikala jiwamu ternodai
Lebih baik diam saja
Karena berteriak pun tidak berguna.
Tersenyumlah para musafir
Meski luka menyayat jiwa

Senandung Syair Cinta

Gemetar suaramu telah menggetarkan spritualku
Bait-bait itu begitu indah terdengar saat kau bacakan
Dan perasaanku terhanyut dan tenggelam diantara fakta dan imaji
Wahai kekasihku dengarlah alunan musik jiwaku
Yang terus merintih dalam ketidakberdayaan
Dan berkata Kau masih ku puja
Siapapun engkau
Entah berbentuk berhala
Sang hyang widi
Anak, ibu dan bapak
TUHAN
Aku tersesat dalam buaianmu
Terkapar dalam jemari lembutmu
Tertidur diantara suka dan luka
Ingin aku robek dinding-dinding besar itu
yang telah memisahkan kita
karena aku hanya ingin bercinta denganmu
masihkah kau membuka tanganmu yang indah dan lembut
lalu memelukku dengan erat
menciumku dengan hangat
dan berkata akulah bidadarimu yang datang dari surga
menyampaikan pesan Tuhan
dalam bait-bait senandung cinta.



DUKA YANG MENDALAM

Tengadah doa terus kami panjatkan padamu Tuhan
Entah sampai kapan cobaan ini akan berakhir,
Hari-hari terus di rundung duka
Air mata tak pernah sirna dari kelopak kedua mataku.
Menangislah dan terus menjerit
Sebab cinta yang penuh dengan luka
Abadi untuk selamanya.
Hamba hanyalah makhluk biasa yang tak pernah lepas salah dan dosa
Tapi apakah kemudian engkau rundung makhluk-makhluk tak berdosa
Karena ulah kita
Yang selalu serakah
Yang tak pernah puas
Hingga engkau porak-porandakan wasior dengan banjir bandang
Hingga kau tenggelamkan mentawai dengan tsunami
Dan kau hanguskan Jogjakarta
Dengan meletusnya merapi.
Astagfitullah heladzim
Astagfitullah heladzim
Astagfitullah heladzim
Baru selalu ku ingat Asma_Mu
Ketika bencana melanda bangsaku.


                                                Jember, 12 November 2010

        BINTIK-BINTIK HITAM DITUBUHKU

Aku yakin kita tidak pernah sempurna
Karena kesempurnaan terus dipupuk untuk menjadi sempurna.
Apalagi bangsaku yang begitu besar dengan bentuk pulau-pulau
Begitu sulit menjadi bangsa yang baik
Hingga kita tidak pernah berhenti di rundung duka.
Apapun alasannya
Tuhan maha kuasa diatas segalanya.
Oh….ya Rob
Ku coba mengambil nafas dalam-dalam atas semua peristiwa yang terjadi
Merenungi untuk menjadi segumpal pelajaran.
Kini ku hanya meniti harapan walaupun  terseok-seok.
Entah kapan harapan itu menjadi sesuatu yang ku harapkan.
Hanya engkau tumpuan hidup diatas perjalanan panjangku.
Doaku tak pernah berhenti untukmu saudaraku
Hapuslah air matamu
Karena air mata itu tidak akan pernah menghapus dukamu
Mulailah menjadi bangsa yang baik
Biar rakyat semakin baik.
Bersihkan noda-noda hitam yang tak pernah usai
Semuanya tergantung padamu pemimpinku yang ideal.

Jember, 12 November 2010

HENING

Tak lagi terdengar burung-burung berkicau dengan merdu
Sebab hutan telah menjadi kota.
Tahukah engkau seperti apa kota itu?
Dimana-mana sudah berdiri pabrik-pabrik
Hotel dengan megahnya
Dan mall tempat manusia berduit untuk shopping
Itulah kota yang disebut dengan kota industri.
Suasanapun memanas
Bukan hanya alam
Tapi juga pikiran
Tenggelam dalam arus gelombang magnetik
  yang terus bersitegang.
Kesalahan seseorang terus dicari-cari
Sehingga setiap hari selalu berkelahi.
Nurani tak lagi dihiraukan
Sebab yang bicara adalah kepentingan.
Lalu kapan damai hidup berdampingan itu akan terealisasikan
Hanya omong kosong
Dan wacana yang membubarkan keheningan.

Jember, 26 Juli 2012

Faisal












Posting Komentar

0 Komentar