“Aku lupa menjadi puisi”
ketika perlahan, keheningan bertutur dan berbicara padaku
sesaat, lalu kubenamkankan tubuhku pada rindu yang terpasung.
“Aku lupa menjadi puisi”
sebab puisi tahu ketika senja pergi menjadi pagi
dia akan kembali padamu bersama senyum ranumn yang baru
sebab puisi juga tahu ketika gerimis hanya akan menjadi hujan yang sesaat
dan menjelma riak embun yang jatuh memayung pada daun-daun doa.
“Aku lupa menjadi puisi”
sebab puisi tak pernah mengeluh walau hatinya rapuh.
“Ketika ada yang berkata”
“apalah arti puisi, hanya secarik kata”
ya. puisi hanya sepenggal kata yang tak pernah berdusta.
karena puisi hanya memberi dan tak pernah berharap kembali.
maka, kembalilah menjadi puisi
tapi janganlah menjadi puisi cinta yang penuh hingar
bukan penghibur yang bingar.
jadilah puisi yang tahu bahwa dirinya hanyalah sepenggal puisi.
janganlah terburu. sebab puisi tak mau diburu.
janganlah terburu. sebab puisi adalah waktu.
yang terus berdetak pada tubuhmu.
lalu
udara begitu senyap merayap di seluruh mimpiku.
menunggu pagi yang menyihirku jadi puisi.
By : Gatra Anggara
0 Komentar