Perempuan diera modern tidak lagi diabaikan hak
dan kekwajibannya untuk melakukan perkjuangannya menuntut kreatifitasnya
sebagai seorang pejuang. Di Indonesia sudah sangat jelas dimulai dari Kartini
sebagai sosok pejuang pada masanya, yang memegang prinsip kuat untuk
memperjuangkan hak-hak perempuan dari bentuk diskrimnatif. Perempuan esensinya
secara makro sebagai tiang Negara, hal tersebut sudah dibuktikan oleh pendahulu
kita yang hidup pada masanya, yang dengan gigih terus melakukan upaya-upaya
memperjuangkan kesetaraannya dalam bereperan sesuai dengan kapasitas yang
dimilikinya.
Perempuan acapakali masih terstigma oleh
pemikiran-pemikiran tradisional, bahwa sosok perempuan cukup dirumah saja
dengan mengurusi seluruh aktivitas dalam keluarga, padahal perempuan jika
dilihat dari potensinya memiliki kekuatan dan kemampuan secara eksternal, dan
dalam ruang lingkup yang kecil adalah pemberdayaan didalam masyarakat
disekitarnya. Sementara itu kaitannya dengan konstek agama yang terbesar di
negeri ini yaitu Islam, bahwa posisi perempuan sangat mulia dan hamper menyamai,
bahkan melebihi kaum laki-laki dalam hal-hal tertentu. Oleh karena itu
perempuan mempunyai sumbangsih yang cukup besar untuk mendorong menciptakan
perubahan dalam berbagai bidang, mulai dari aspek ekonomi, social-politik,
agama, pendidikan, budaya dan lain sebagainya.
Oleh karena itu hari Perempuan Internasional (International
Women Day) dirayakan setiap tanggal 8 Maret oleh kaum perempuan diseluruh
belahan dunia yang merupakan sebuah kemenangan gerakan perempuan dalam
memperjuangkan hak-hak dan kesetaraan kaum perempuan. Awalnya, pada tahun 1910
sebuah konferensi internasional di Copenhagen yang diorganisir oleh kaum
sosialis yang memutuskan untuk ada satu momentum hari perempuan internasional
sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan hak-hak asasi perempuan dan
mendorong perjuangan hak suara perempuan diseluruh dunia. Setahun
kemudian (1911) Hari Perempuan Internasional pertama kali diperingati di
Denmark, Austria, Jerman dan Swiss yang melibatkan satu juta perempuan dan
laki-laki melakukan aksi turun ke jalan dengan tuntutan: hak ikut serta dalam
pemilu, hak untuk bekerja, penghapusan diskriminasi dalam bekerja. sekberijp.wordpress.com/.../melanjutkan-perjuangan
Di Semarang, pada 1913 hadir sosok perempuan Lauw
Ping Nio, entrepreneur muda yang memulai bisnis minuman herbal di usia
18. Perempuan muda kelahiran 18 Agustus 1895 ini memiliki keberanian melakukan
hal berbeda dari kebanyakan perempuan di jamannya. Mirip seperti Kartini yang
diam-diam memberontak atas nilai kebudayaan feodal Jawa. Bedanya, Lauw Ping Nio
bergerak dengan caranya, melalui keterampilannya meramu obat-obatan
tradisional. "Ibu Meneer adalah perempuan yang sangat menyintai keluarga.
Hobinya adalah memasak dengan daun laos, sereh, dan salam. Saat ada keluarga
sakit, beliau terpikir untuk membantu dan mencari cara bagaimana mengobati
sakit secara alami. Saat itu jaman perang, dan harga obat sangat mahal. Berawal
dari keinginan mengobati keluarga, Ibu Meneer meramu obat herbal. Selain
mengobati keluarga, beliau juga mulai memberikan bantuan cuma-cuma kepada
tetangga yang membutuhkan atau sedang sakit. Lama-kelamaan obat tradisional
yang diproduksi dicari masyarakat. Karena tidak bisa keluar rumah untuk
berjualan, Ibu Meneer mengirimkan produknya melalui anak-anaknya. Untuk
memastikan produk tersebut berasal darinya, dibuatlah foto ibu Meneer. Foto ini
sebagai perlambang bahwa produk yang dikirimkan anak-anaknya adalah benar
berasal darinya. Hingga kini, foto Nyonya Meneer menjadi trademark di
setiap produknya," jelas Charles Saerang, cucu, generasi ketiga Nyonya
Meneer Pada 1919, Lauw Ping Nio resmi mendirikan perusahaan jamu dengan merek
Nyonya Meneer.
Sejak awal mendirikan perusahaan jamu, Nyonya
Meneer memedulikan nasib perempuan. "Perempuan yang bekerja di perusahaan
harus mendapatkan cuti haid, ibu Meneer begitu memikirkan perempuan, susahnya
menjadi perempuan.
Nyonya Meneer juga mendorong perempuan di
zamannya untuk bekerja, jangan hanya berdiam di rumah. Perempuan harus seimbang
dengan laki-laki, prinsip ini juga lah yang diterapkannya kepada anak
perempuannya. "Pada jaman itu kebanyakan masyarakat sulit untuk menerima
prinsip bahwa perempuan tidak boleh kalah dari laki-laki. Namun prinsip ini
sudah didorong oleh ibu Meneer.
Hingga kini, perusahaan jamu Nyonya Meneer
memiliki karyawan yang 90 persennya adalah perempuan. Pola pikir Nyona Meneer
kental terasa hingga kini. "Pemikirannya bahwa perempuan
harus diberi peluang menjadi pemimpin masih terasa hingga kini,"
Posisi penting di perusahaan jamu Nyonya Meneer
dipegang oleh perempuan profesional, bukan berasal dari keluarga semata.
"Pantang menyerah, disiplin, motivasi, perempuan berhak setara mendapat
kesempatan yang sama, adalah prinsip yang terus-menerus didorong ibu Meneer
sejak awal mendirikan perusahaan. female.kompas.com/.../pemberdayaan.esensi.perjuangan.
28 juli 2012
Dari kisah mengenai perjuangan seorang perempuan,
mulai dari kartini, sebagai proklamator gerakan perempuan untuk melawan kaum feodal
jawa, kemudian Lauw Ping Nio, sebagai enterpreuner, sehingga mampu
mempekerjakan perempuan dengan konsep pembangunan ekonomi dengan cara mengolah
jamu, yang sampai saat ini dikenal dengan jamu nyonya meneer, merupakan
perjuangan yang gigih, menjadikan dan membentuk sosok perempuan mampu mandiri.
Faisal
0 Komentar