Manusia terlahir sebagai makhluk mulia dan keberadaannya sangat suci, kesucian jiwa dan mata hatinya sebening pertama yang tak pernah lekang oleh ruang dan waktu. Sesungguhya jiwa kita suci dan selalu mendapatkan tempat mulia, selama kita mampu untuk merawatnya.
Waktu bergerak tiada henti, bagai nafas kehidupan yang menyatu dengan alam, selama ada oksigen dalam makhluk, maka iapun akan tumbuh, berkembang, membesar, dan menua yang pada akhirnya akan menemui ajalnya, begitu pula dengan kehidupan manusia.
Setiap insan sebagai makhluk berpikir, merasa dengan menggunakan jiwanya, pastilah ia memiliki harapan atau impian untuk senantiasa diwujudkan dalam dunia nyata, bahkan lebih tragis ketika impian itu dilalui dengan berbagai macam cara, meski cara itu adalah sesuatu yang negatif.
Tak satupun manusia secara pasti mengetahui akan keteentuan Tuhan yang kuasa, baik itu masalah harta benda atau kekayaan, jodoh, bahkan waktu kematian siapapun tidak ada yang tahu, kecuali yang maha hidup sendiri yang memberi tahu.
Hidup didunia ini bagaikan mimpi saja, dikala kita terbangun dari tidur, mimpi itu pun hilang bagai bayangan, tetapi banyak orang mengatakan bahwa cita-cita dan harapan adalah mimpi yang terus bergerak membayang-bayangi perjalanan hidup ini.
Kalaupun hidup itu dianggap medan perjuangan, memang tidak bisa kita memungkirinya, karena ini semua adalah bentuk dari pengabdian kita sebagai manusia sekaligus sebagai hamba Tuhan dimuka bumi. Tetapi bagaimanapun juga bahwasanya dalam hidup itu adalah lukisan dari sejarah dan kitalah pembuat sejarah itu, apakah history itu finish dengan indah atau sebaliknya, berganutng pada aktor yang memainkannya.
Meskipun orang banyak beranggapan, apa yang kukerjakan hari ini tidak menuai hasil yang sempurna, tetapi setidaknya kita mampu menciptakan sesuatu yang baru nan indah agar senantiasa dikenang oleh generasi berikutnya. maka disinilah aku mulai menyatu dengan tulisan yang dihasilkan oleh pikiranku sendiri.
Mimpiku diujung pena, adalah sebuah harapan perubahan akan peradapan, ketika perababan besar yang menjadi impian tidak tercapai, maka secara mikro peradaban itu harus tertanam dalam diri sendiri.
0 Komentar