Hidup
ini bagaikan gelombang yang tiada pernah henti bergerak mencari dermaga
untuk berlabuh. Tak satu orang pun yang mengetahui rahasia Tuhan
dibalik peristiwa dalam kehiduan ini, kecuali kekasih-Nya yang
mendapatkan hidayah dan petunjuk. Begitu pula dengan kekakuaan dan
kebekuan jiwa ini, seperti terpenjara dalam salju yang berselimutkan
dingin membasahi sekujur tubuh ini.
Dari
sekian napak tilas yang telah kujalani, aku sungguh sangat sadar bahwa
jalan yang kulalui ini begitu licin dan penuh dengan krikil, dan jika
kurang waspada dan hati-hati maka kehancuran dan akan terjungkal pada
lembah kenistaan, tetapi semua ini tetaplah harus dijalani dan bukanlah
suatu alasan untuk menghentikan langkah, menuju impian yang berkah.
Barangkali dengan menyelami dunia tinta, banyak emas-emas kebahagian
yang bisa kudapatkan. Inilah fakta selalu berbeneturan dengan hitam dan
putih, baik dan buruk, surga dan neraka, semuanya adalah kesatuan yang
utuh sebagai ujian kesabaran dan ketulusan terhadap Tuhan yang esa.
Angin
dengan lembut berhembus disela-sela rintik hujan, tetapi semua sudah
terjadi dan tak perlu untuk disesali, hanya saja dijadikan sebuah cermin
untuk melihat kembali yang sebenarnya terjadi. Disinilah kemudian
keinginan dan harapan masih belum terjawab dalam kehidupan yang
sesungguhnya.
Jiwa
ini sedih, kalut, sakau dan bercampur menjadi satu jilid, semuanya tak
terbantahkan dan harus dijalani dengan sabar dan ikhlas, karena
sesungguhnya Tuhan selalu memiliki kehendak tanpa sepengetahuan manusia
yang papa ini. Maka hidup ini harus terus bergerak dan berjalan dengan
bekal kebesaran hati untuk meraih impian.
Sungguh
teramat risih, sekaligus menyedihkan, ketika orang-orang sekitar selalu
menanyakan, “kapan menikah? Siapa calonnya? Aku pun tak mampu menjawab
dengan penuh kepastian, karena aku bukanlah sang penentu, maka aku hanya
bisa menjawab, InsyaAllah segera! Namun batinku berkata, aku pasti
bersanding dengan belahan jiwaku! Tetapi dengan siapa? Aku pun tak tahu?
Entahlah!!
Setiap
kali pada sujud sembahku, kulantunkan sebait doa, memohon dengan sangat
agar pasangan jiwa ini segera hadir untuk menyatukan emosi, pikiran,
hati dan berbagi dalam satu naungan dalam mihrab keihlasan cinta untuk
saling berbagi. Tanpa terasa dalam sujud sembah butir-butir derai air
mata menjadi saksi dalam setiap permohonan yang tiada henti selalu
kedendangkan..
Aku
ini bukanlah sedang putus asa dan pasrah pada suatu keadaan, tetapi
semua ini adalah sebuah proses mencari kesempurnaan jiwa untuk saling
berbagi dan melengkapi satu sama lain. Barangkali apa yang menjadi
keyakinan tentang dirimu adalah bunga terakhir yang dipersembahkan Tuhan
sebagai bentuk lantunan untuk mengisi ruang-ruang kosong yang hampa,
sehingga kehadiranmu kembali menghidupkan kematian dalam lubuk jiwa.
Begitu
mahalnya cinta yang kujalani, sehingga penantian panjang dalam ruang
kegelisahan selalu memicu kerinduan yang setiap saat berhembus dan
menyatu dengan bayangmu.
0 Komentar