Subscribe Us

header ads

Pencarian Gila

Belajar dengan mendengarkan akan lupa,
Dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit,
Dengan cara mendengarkan, melihat dan mendiskusikan dengan masyarakat lain akan paham, Dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan,
Apa yang saya ajarkan pada yang lain, saya menguasai.
(Silberman)
13624170231163901881
sumber gambar : khotbahjumat.com
Manusia ada yang mengatakan adalah penanya dan makhluk yang bias bicara, dari sinilah kemudian berjuta-juta lembar cerita mengisi tiap-tiap sudut alam semesta. Bersama pikiran, pemikiran, dan perasaan yang tak bisa terpisahkan satu sama lain, dimana ada bunga disitulah sang kumbang pasti akan mendekati, begitu pula cahaya itu akan masuk pada setiap celah dalam ruang-ruang yang hampa.
Kita ini adalah hamba yang sangat tidak pantas untuk melakukan eksploitasi dan penguasaan-penguasaan terhadap sesame, tetapi bahwa manusia sebagai mandataris Tuhan, tentu aturan-aturan yang semestinya dijalani, maka itulah sebuah kewajiban, untuk mendapatkan hak-hak kita.
Barangkali tulisan ini kurang begitu menarik untuk dibaca, tetapi awal dari tulisan ini berangkat dari seringnya penulis merasa bingung. Situasi ini saya rasa sangat perlu untuk didiskusikan bersama-sama mengenai berbagai macam pertanyaan yang tiba-tiba muncul dikepala, mulai dari pertannyaan yang ringan sampai pada pertanyaan yang berat. Pada sejatinya semua manusia dalam proses menuju,…entah tujuan tersebut bersifat positif ataupun negative, kembali lagi, tergantung pada niatnya. Dalam kehidupan ini Jika ada awal, pasti akan ada akhir, jika ada hidup, pasti ada kematian, jika ada Tuhan pasti ada yang dituhankan, jika ada problem tentu ada jalan keluarnya, jika “Ada”, pasti muncul “tiada”.
Sekedar berbagi cerita, bahwa penulis semenjak masih dibangku Mts, MA, sudah sangat dekat dengan yang namanya dunia fiksi atau dunia sastra, dan masih sangat terngiang ditelinga ketika salah satu ustadz memberikan petuahnya,..wahai para santri yang budiman, ingatlah bahwa dunia seni, dunia filsafat perbedaannya setipis kulit bawang!!!apa maksud sang ustadz memberikan pesan bahwa dunia seni dan filsafat setipis kulit bawang, eh ternyata setelah berada dibangku kuliah, penulis setiap hari dihadapkan dengan yang namanya pemikiran yang tak lain mengenai filsafat…sempat kacau dan ngak karu-karuan pikiran ini!!!memang benar ternyata bahwa filsafat dan dunia seni, khsususnya sastra sangat dekat dengan filsafat dan cukup tipis pula perbedaannya. Maka disinilah sebetulnya pertautan antara logika, etika, dan estetika, Oleh karenanya mari kita bahas bersama-sama mengenai ketiganya.
Logika
Apa sebetulnya logika itu? Disini tentu banyak pemikiran dan persepsi dari beragam kepala yang memnculkan beragam pula jawabannya, tergantung sejauh mana dan sedalam apakah kita menjangkau suatu pemikiran. Alam pikiran manusia merupakan anugerah yang terindah diperuntukkan oleh Tuhan terhadap manusia, dan digunakan untuk melakukan aktivitas berpikir, yang menghasilkan pemikiran atau buah yang bisa dinikmati oleh siapa saja, terlepas apakah buah itu positif yang cukup enak untuk di kunyah, atau justru sebaliknya, tergantung kita atau siapa yang mengunyahnya.
Dari hasil omongan kecil dengan temen-temen, bahwa, logika itu adalah benda kasar yang siapapun bisa menjangkau, dalam artian bahwa logika selalu berkaitan dengan hal-hal yang bersifat rasional atau masuk akal, dan mampu untuk dijangkau. Tetapi pada sisi yang lain, bahwa logika tidak mesti selalu berhubungan dengan hal-hal yang bersifat rasional atau hal yang bersifat nyata, buktinya adalah bahwa masih banyak anak manusia ini yang terus melakukan pencarian dengan memakai logika, misalnya Descartes mengatakan “aku berpikir, maka aku ada” versi yunani “Cogito Embargo Sum”.
Ketika seorang Sufi menyatakan bahwa logika adalah pintu pertama sebagai aktivitas berpikir, maka disini tidak bisa kemudian kita nafikan adanya logika ini sebagai anugerah yang mulia keberadaannya, sehingga dengan adanya logika kehidupan ini benar-benar bisa kita rasakan sebagai sebuah kenyataan dalam kehidupan.
Kerangka dari pemikir, pikiran dan berpikir adalah:
1. Pemikir : orang yang meletakkan akal dipikirannya.
2. Pikiran : segala sesuatu yang ada dialam semesta ini dimulai dari pikiran
3. Berpikir : menganalisa



Kerangka pemikiran manusia yang dihasilkan dari logika pasti akan mengarah pada dua hal kepastian, pertama akan menghasil buah positif dan yang kedua akan menghasilkan buah negative. Buah pertama akan menagarah pada tindakan positif dan menghasilkan nilai positif, sementara pada buah kedua akan menghasilkan tindakan negative dan akan memunculkan nilai negative, kembali lagi seperti apa peran logika akan mengarahkan pikiran itu untuk menghasilkan buah yang manis dan nikmat. Sebenarnya penulis masih belum tuntas ketika membahas mengenai logika dan perangkat-perangkat lunak yang terus melakukan aktivitas secara continue dan tidak pernah mengenal batas ruang dan waktu dimanapun kita berada.
Etika
Keberadaan logika yang merupakan anugerah dari Tuhan yang esa memiliki kekuatan dan kemampuannya masing-masing dalam proses menata kehidupan ini, sehingga terbentuklah kebiasaan-kebiasaan yang kemudian menjadi seperangkat aturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
Budaya timur, wabil khusus bangsa Indonesia ini, masih sangat kental dengan adat istiadatnya yang masih berbegang teguh pada prinsip-prinsip kesopanan dan kesantunan. Bahkan dalam panggung politik pun hal tersebut masih sangat kental digunakan, walaupun tidak bisa kita pungkiri bahwa situasi dan kondisi zaman ini mulai ada pergeseran, tetapi adat ketimuran masih sangat kenatal adanya.
Ketika berbicara mengenai Etika, ini merupakan bagian dari hasil etika yang termanifestasikan dalam tatacara kehidupan. Disinilah sebetulnya apa yang disebut dengan nilai dalam melakukan tindakan apapun. Maka disini bergantung pada kualitas dan keteguhan pribadi untuk memegang prinsip-prinsip yang diyakini kebenarannya datang dari Tuhan.
Dalam kehidupan nyata etika ini orang awam seperti penulis memaknai, memahami, dan mempersepsikan bahwa etika itu sangat erat kaitannya dengan tatakrama, baik dalam hubungan social dalam masyarakat, tatakrama dengan alam semesta, bahkan tatakarama dengan Tuhan, semuanya memiliki nilai, baik yang tampak maupun yang abstrak.
Barangkali ketika Muhammad sebagai utusan Tuhan ditanya, dalam rangka apa engau Muhammad diutus oleh Tuhan ke muka bumi ini, maka Muhammad menjawab “aku hendak menyempurnkan akhlak dimuka bumi ini” redaksi bebasnya seperti itu, maka kalau kita lihat dari sudut pandang Ajaran Islam, bahwa Muhammad sedang ingin membenahi perilaku jahiliyah yang pada waktu itu, perilakunya sudah tidak manusiawi lagi.
Tatakrama atau etika adalah bentuk nilai yang dihasilkan oleh perilaku kita sebagai manusia, tentu saja perilaku tersebut masih dinakhkodai oleh akal pikiran kita, sementara akal pikiran yang lebih banyak sisi negatifnya, masih tetap dipandu oleh hati nurani, yang selalu mengatakan jujur pada diri kita sendiri, tetapi pikiran selalu akan melakukan strategi-strategi untuk melakukan hal-hal yang negative, sementara ketika pikiran dan hati memiliki niat yang buruk, dan bertentangan dengan perilaku baik, sebetulnya tingkah laku tersebut hanya sebagai topeng untuk mengkelabui orang lain, oleh karenanya jangan tertipu oleh penampilan, ataupun oleh niat buruk yang dibungkus oleh perilaku yang baik.
Estetika
Estetika adalah suatu keindahan yang sangat bernilai tinggi, estetika ini sangat erat kaitannya dengan dunia seni, tetapi apakah kemudia lukisan telanjang tanpa sehelai benangpun, bisa kita kategorikan sebagai estetika?? Atau hal-hal yang indah tetapi masih bertentangan dengan nurani apakah juga masuk kedalam ranah estetik. Lagi-lagi ini semua kembali pada adat-istiadat, atau seperangkat aturan yang tidak tertulis, tetapi tersirat dengan jelas dalam suatu masyarakat. Artinya nilai-nilai keindahan tersebut tidak semuanya bisa disepakati oleh masyarakat kita, apalagi nilai-nilai estetika yang bertentangan dengan keyakinan.
Sesungguhnya Tuhan itu maha indah dan menyenangi keindahan! Hati dan pikiran seringkali bertanya, seperti apa keindahan yang disukai oleh Tuhan, apakah seperti hotel pencakar langit yang penuh dengan kaca, dan memantulkan cahayanya sehingga menyebabkan bumi semakin memanas!! Atau keindahan seperti pantai dengan nilai-nilai eksotik penghuninya!!!?
Estetika ini, sebenarnya merupakan anugerah yang diberikan Tuhan. Tetapi manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan menafsirkan estetika ini dalam bentuk dunia nyata maupun dunia fiksi. Kalau orang sufi, keindahan dan kenikmatan tertinggi adalah bertemunya ruh dengan Tuhannya. Para filosof mengatakan keindahan dan kenikmatan itu ketika logika selalu memancarkan ide-ide kreatif, dan seniman juga akan berkata berbeda bahwa keindahan atau estetika itu dalam bentuk dunia nyata, adalah lukisan alam dalam bentuk kebebasan untuk mengekspresikan. Saya rasa semuanya benar, tetapi penulis masih dilanda kebingungan…dengan banyaknya pertanyaan yang masih memiliki teka-teki yang belum terjawab!!..akhirnya hanya bisa berkata, saya pusing…!?
Kalaupun hidup dan kehidupan ini adalah sebuah perjalanan, tentu ada tujuan yang ingin dicapai sebelum berakhir dengan kematian. Ada pepatah yang mengatakan, “gajah mati meninggalkan gadingnya, manusia mati meninggalkan kebesaran namanya” apakah masih berlaku!!tergantung yang mau mempercayainya. Karena kenyataan dan hayalan beda-beda tipis keberadaannya!!.
Banyak orang mengatakan bahwa Ujung dari pencarian itu adalah kebenaran. Dan kebenaran yang absolute adalah Tuhan itu sendiri sebagai puncak kenikmatan, tetapi dalam perjalanan itu banyak hambatan dan godaan sebagai ujian ataupun cobaan, siapa yang kuat dan bisa menjawab ujian tersebut, maka ia akan sampai, siapa yang tidak kuat, maka ia akan terperangkap dalam kenikmatan yang bersifat sementara, dan melupakan sesuatu yang akan ditinggalkan untuk menjadi kenangan abadi bagi generasi penerusnya. Semoga kita masih bisa meninggalkan kenangan yang manis untuk generasi selanjutnya.

Posting Komentar

0 Komentar