Disebuah pulau terpencil dinusantara ini, sungguh banyak kekayaan alam
yang bisa dimanfaatkan, dan sungguh melimpah ruah, tetapi banyak pula
anak-anak yang masih hidup dibawah garis kemiskinan, kelaparan, dan
banyak pula yang terjangkit Gizi buruk, inilah fakta yang menunjukkan,
ketidakpedulian dan keserakahan manusia, sehingga , menghilangkan
nilai-nilai kemanusiaannya, dan nuranipun terpaksa digadaikan demi
mengejar jabatan, kekuasaan, dan hidup dengan melimpah ruah, dengan
banyak mengorbankan saudara-saudaranya, hanya demi sebuah kebanggaan.
Disebuah desa Y, hiduplah seorang nenek, kakek, beserta cucunya, yang
bekerja serabutan, kadang jadi kuli, kadang mengarit rumput, dan
terkadang pula harus mencari kayu untuk dijual. kehidupannya sungguh
ironis dan sangat pas-pasan. tetapi semangat yang membara untuk
mempertahankan dan melangsungkan hidup dan kehidupannya menjadi
pendorong utama untuk melakukan sesuatu yang positif.
Kala itu sang nenek bekerja mencari daun-daun untuk kemudian dijual
kepasar, meski hanya dengan mendapakan uang yang sedikit, yang penting
masih bisa dibarter dengan semangkok beras untuk bisa dimasak disore
hari. Nenek Enja (nama samaran), ia tak perenah mengeluh dan begitu
sabar menjalani hidup, dengan cara banting tulang sendiri, karena sang
kakek yang seharusnya menjadi tulang punggung, sudah menderita dan
sering sakit-sakitan, sehingga cukup susah untuk melakukan perjalanan
jauh.
Ryan adalah cucu nenek Enja, Ryan cukup rajin bersekolah untuk
memberikan pengharapan dan menjadi kebanggaan bagi sang kakek dan nenek,
tetapi Ryan bukanlah anak manja, seperti temen-temennya yang lain.
Sepulang sekolah Ryan setiap hari menghampiri sang nenek yang sedang
berada dihutan untuk membantunya. Setelah membantu sang nenek Ryan pun
harus bekerja keras dengan cara mengumpulkan batu-batu disungai yang tak
jauh dari tempat tinggalnya, yang kemudian akan dijual untuk membiayai
sekolahnya sendiri, Karena Ryanpun sudah tidak sanggup melihat kerja
keras neneknya yang hanya cukup untuk dimakan sekaligus bertiga, itupun
kalo mangais rizki cukup maksimal.
Suatu hari Ryan dan Neneknya berbincang-bincang dirumahnya, sambil
merebahkan diri, untuk medengarkan bahasa tubuhnya yang sudah rabuh dan
ngak karua-karuan rasa sakit disekujur tubuh itu menjalar ditubuh sang
nenek. Rasa tidak tega menghampiri Ryan, kemudian ryan menghampiri sang
nenek sambil ngobrol santai
Ryan : Nek, hari ini ngak usah kehutan untuk
mencari dedauanan amupun kayu. sambil ngobrol ryan pun memijati tubuh
sang nenek yang tinggal tulang dibalut kulit itu.
Nenek Enja : bagaimana kita bertahan hidup le, kalo nenek ngak kehutan, ngak bisa medapatkan semangkok beras untuk kita makan hari ini.
Ryan : tapi nek, nenek kurang enak badan, biar Ryan yang akan pergi kehutan untuk mencari dedaunan.
Nenek Enja : ntar lagi kamu harus pergi kesekolah, lanjutkan belajar ya, ini sudah menjadi tugas dan tanggung jawab nene.
Ryan : tapi nek, Ryan membantah dengan ketus.
Nenek Enja : nenek masih kuat untuk pergi kehutan,
kamu lakukan tugasmu dan nenek akan melakukan tugas nenek, begitulah
sang nenek dengan pendiriannya yang kuat.
perbincanganpun diusaikan, Ryan dengan pikiran yang kalut, dan selalu
memikirkan neneknya harus berangkat kesekolah dengan berjalan kaki.
tetapi Ryan tidak bisa tenang karena selalu berpikir tentang neneknya
yang pergi kehutan, ia kwatir takut terjadi apa-apa dengan sang nenek.
Ryan pun tidak bisa fokus dengan mata pelajarannya, akhirnya Ryan
pamitan untuk pulang lebih dahulu, untuk menjemput sang nenek.
Sesampainya dihutan Ryan cukup kaget melihat sang nenek yang tergeletak.
lalu dipanggillah sang nenek berulang kali, Nek…nek…nek…bangun nek..
Al-hamdulillah jawb Ryan, ternyata sang nenek beristirahat dan hanya
ketiduran.
Sore itu keduanya pulang dari hutan, sang nenek yang kurang enak badan,
hanya memebawa parang saja dari hutan menuu tempat tinggalnya, dan Ryan
dengan tenaga yang maksimal membawa kayu dari dalam hutan untuk ditampuk
yang kemudian akan dijual. tetapi hari itu, Tuhan kembali menguji
kesabaran mereka sekeluarga.
Ryan : Nenek sekarang masak apa, tanya Ryan pada sang nenek.
tanpa banyak ngomong, sang nenek pun menuju kedapur..
kayu bakar pun diselundupkan kedalam tungku, tempat memasak airpun diletakkan diatas tungku itu.
Ryan pun penasaran dengan apa yang dikerjakan oleh sang nenek..kembali Ryan memepertanyakan pertanyaan yang semula.
Ryan : Nek masak apa sekarang??? kemudian sang nenek menjawab dengan isak tangis menderu!!
Nenek : Nak, hari ini nenek hanya bisa memasak air,
hari ini pula nenek tidak bisa mendapatkan semangkok beras, kamu yang
sabar ya nak…Mungkin saja besok Tuhan akan memberikan rizki yang
lebih…jawab nenek dengan isak tangis yang lirih, yang Ryan pun tidak
kuasa untuk menahannya dari kedua pelupuk matanya.
Ryan : Nek hari ini, meski sesuap nasi tak bisa masuk
kedalam perut, tapi nenek sudah memasak air, untuk menjadi teman perut
yang keroncongan. kata Ryan untuk menyabarkan sang nenek.
Ryan pun memeluk tubuh sang nenek…Nek Ryan pasti sabar, yang penting semangat dalam dada masih ada untuk menjalani hidup ini.
0 Komentar