Pentingnya pendidikan bagi keberlangsungan hidup manusia,
menjadikan pendidikan sebagai sebuah bentuk kebutuhan primer yang cenderung
akan dikejar untuk mendapatkan pengetahuan sebagai bekal hidup. Berbagai metode
yang diciptakan, serta sistem pendidikan yang mengalami perubahan dalam setiap
dekade, menuntut kebijakan dan sistem tersebut sesuai dengan tuntutan zaman.
Hal inilah yang menjadikan para pakar pendidikan berpikir keras untuk
menciptakan konsep dan metode yang efektif dan efisien, sehingga menjadikan
konsep tersebut dalam bentuk implementasinya cukup efektif dalam menggali
seluruh potensi peserta didik.
Dalam proses perkembangan dan pertumbuhan anak, peran orang tua sangat
penting dalam membina dan membentuk sikap dan karakter anak. Pada dasarnya
orang tua (ayah dan ibu) harus belajar semua hal yang berhubungan dengan metode
pendidikan anak, karena orang tua merupakan guru yang paling utama bagi anak
itu sendiri, dan rumah merupakan sekolah yang paling utama bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Oleh karena itu perlunya kesadaran bagi orang tua untuk
membuat kurikulum pendidikan bagi anak, sehingga pengarahan, bimbingan,
evaluasi dan proyeksi bagi perkembangan anak tetap dalam kendali orang tua.
Orang tua memiliki kewajiban untuk mengenali dan mengendalikan jenis input
informasi yang diserap alam bawah sadar anak yang nantinya akan membentuk sikap
dan kepribadian anak. Anak-anak dengan kepekaan mendengarkan, merasakan, ucapan,
penglihatan, dan bentuk pergaulan, yang nantinya akan masuk melalui otak bawah
sadar, yang akan merekam seluruh aktivitas kesehariannya, dan pada gilirannya
akan membentuk sikap pada diri anak itu sendiri.[1]
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta metode dalam mendidik
anak, lebih memudahkan setiap orang tua dalam mendidik anak mereka, sehingga
setiap anak diharapkan lebih cepat belajar dan memahami apa yang diajarkan oleh
orang tua, baik dalam kondisi yang disengaja, maupun tidak di sengaja, problem
dasarnya disini adalah peran dan kesadaran orang tua untuk mendidik anak-anak
mereka, justru acapkali terabaikan dan cenderung anak tidak mendapatkan
perhatian serius dari orang tua mereka, lebih ironis lagi, banyak anak-anak
yang secara ekonomi berkecukupan, justru dipasrahkan kepada pembantu untuk
mendidiknya.
Saat ini berbagai metode belajar tengah berkembang pesat diseluruh
dunia, sehingga setiap anak akan mampu mempelajari apapun secara lebih cepat,
sekitar 5 samapai 20 kali lebih cepat, bahkan 10 sampai 100 kali lebih efektif,
pada usia berapapun. Metode tersebut ternyata sederhana, mudah dipelajari,
menyenangkan, logis, dan terbukti andal. Di Selandia baru, anak-anak berusia 6
tahun menggunakan komputer untuk membuat Cd-Rom dan merencanakan “sekolah masa
depan” mereka sendiri. Mereka juga menggunakan komputer untuk mengaktifkan
unit-unit pembangkit energi surya dan angin yang di desain agar setiap rumah
memenuhi kebutuhan energinya sendiri.
Metode pembelajaran yang lebih cepat terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, justru muncul dari dalam anak itu sendiri, dimana orang tua
harus memiliki kesadaran dan kepekaan, akan pertumbuhan dan perkembangan anak,
sehingga orang tua cukup dengan mengarahkan, mengajarkan apa yang belum
dipahami, dan menuntun anak-anak untuk selalu berpikir kreatif. Metode inilah
yang disebut dengan pembelajaran mandiri bagi anak, dimana orang tua sebagai
guru paling utama bagi pendidikan anak, cukup menyediakan fasilitas yang
dibutuhkan dalam pembelajaran anak itu sendiri, sehingga dengan kemandirian
itulah anak akan bergerak sendiri, sesuai dengan kesadaran dan otak alam bawah
sadarnya akan terus merekam setiap peristiwa yang di dengar, diucapkan,
digerakkan, dirasakan, dilihat, yang kemudian akan membentuk sikap dan tindakan
bagi anak itu sendiri.
Pada dasarnya pendidikan berfungsi melakukan sesuatu yang paling
mendasar dalam pendidikan anak, sehingga anak akan tumbuh dan berkembang sesuai
dengan minat dan bakatnya. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pendidikan adalah
sebagai berikut:
1)
Pembebasan dan
pemerdekaan manusia dari berbagai kemungkinan yang membuatnya bukan menjadi
manusia.
2)
Pemekaran dan
pengembangan manusia agar manusia sepenuhnya menjadi manusia.
3)
Pemberdayaan
manusia dan kemanusiaan agar manusia mampu mengembangkan dan melangsungkan
kehidupan sebagai manusia secara manusiawi.
4)
Melakukan
kebiasaan yang positif dan membangun peradaban, agar manusia atau peserta didik
menjadi makhluk yang beradab.[2]
Dengan bekal pengetahuan dan kemampuan akal untuk berpikir, manusia
bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil, dalam konstek sosial budaya,
manusia tercipta dengan berbagai potensi yang dimiliki tentulah harus diarahkan
dan dikembangkan semaksimal mungkin, salah satunya dengan pendidikan, baik
dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sosial masyarakat. Hakekatnya
pendidikan merupakan wahana pembebasan peserta didik untuk menggali, dan
mengembangkan seluruh potensinya, sehingga dengan kemerdekaan tersebut peserta
didik berupaya seutuhnya untuk menjadikan diri betul-betul manusiawi, baik
dalam perkataan, perbuatan, dan menjalin hubungan satu sama lain.
Harapan terbesar para orang tua adalah bagaimana anak-anak mereka
menjadi manusia seutuhnya dengan kemampuan bakat atau potensi yang dimilikinya.
Dan pada gilirannya anak tersebut akan menjadi anak yang bermanfaat bagi
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Disinilah letak dasar bahwa orang tua
adalah guru yang paling utama bagi anak-anak mereka, karena anak-anak yang
masih berumur 0 sampai dengan 6 tahun akan banyak menerima segala informasi
yang ada disekitarnya, sehingga orang tua perlu dengan sangat hati-hati, dalam
berbicara maupun dalam bertingkah laku, karena anak yang masih dibawah umur
tersebut, cenderung akan meniru, karena informasi yang dilihat, didengar,
dirasakan, akan masuk seluruhnya pada diri anak yang masih balita, terlepas
apakah hal itu negatif maupun positif.
Dalam konsep Islam, anak terlahir secara suci, dan diri sang anak
laksana kain putih yang polos, tinggal bagaimana orang tua akan melukis pada
kain yang polos tersebut dengan jalan pendidikan dalam keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat. Anak akan tumbuh dan berkembang dengan kasih
sayang, bukan dengan kekerasan yang kerapkali terjadi dalam dunia pendidikan
kita, hal seperti inilah yang sangat disayangkan bagi keberlangsungan
pendidikan anak dewasa ini.
Secara umum ada tiga pilar dalam dunia pendidikan, yakni pemerintah
selaku pemegang kebijakan dalam sistem pendidikan, guru sebagai aktor utama
untuk menggerakkan sistem, dan masyarakat sebagai pendukung dari
keberlangsungan pendidikan, tiga faktor tersebut memiliki hubungan erat dan
bergerak secara berkesinambungan. Dengan tiga faktor itu diharapkan pendidikan
kita semakin maju dan berkualitas.
Pentingnya kesadaran orang tua terhadap keberlangsungan pendidikan
anak, merupakan momentum yang paling mendasar untuk menjadikan anak memiliki
bekal dalam mengaruhi bahtera kehidupannya dimasa yang akan datang. Bentuk
kasih sayang orang tua akan menjadikan anak itu menjadi seorang pemberani dan
tentu diharapkan akan menjadi pemimpin dimasa depan. Dengan demikian kesadaran
orang tua terhadap keberlangsungan pendidikan anak menjadi fondasi dasar bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara biologis, maupun psikis.
Sumber
Saryono, Djoko, Pendidikan
Kita: Humanisasi Hilang Fabrikasi Terbilang, dalam LITERASI, Jurnal Reformasi Pendidikan,
Surabaya, Dewan Pembina Pendidikan, Vol 6, No. 2, November 2014
Nilna Iqbal, bagaimana cara bayi dan anak-anak belajar?, http//pustakanilna.com,
diakses pada 16 Februari 2015