"jangan sekali-sekali melupakan sejarah"
(jasmerah)" Itulah Statemen The Founding Father. (Soekarno)
Sejarah tahun 60-70an HMI ,selama
rentang masa itu banyak tokoh nasional yang di lahirkan dari rahim HMI. Sebut
saja mereka yang akrab ditelinga kita M.jusuf kalla, akbar tanjung, Nur Kholis
Madjid, Dawam Rahardjo, Ahmad Wahib, dan masih banyak tokoh-tokoh lain yang
tidak hanya populer namun sumbangsih pemikiran dan jasa beliau bagi negeri ini
juga besar. Mereka kurang lebih sama dengan kita , dari sisi finansial tidak
ada satupun dari mereka yang berangkat dari kondisi ekonomi keluarga yang
mapan, namun motivasi dan semangat pantang menyerah adalah harta satu-satunya yang terus mereka
jaga walaupun sesekali air mata tumpah demi cita-cita dan perjuangan.
Kita
harus banyak belajar dari sejarah kesuksesan mereka. Pernah suatu ketika teman
saya bilang bahwa kondisi pada saat itu tidaklah sama dengan kondisi HMI saat
ini, benar bahwa kondisi saat itu tidaklah sama dengan kondisi HMI saat ini . Saya
tidak bermaksud mensamakan kedua waktu yang jelas berbeda namun toh tidak ada
salahnya jika kita ngaji pada sejarah kesuksesan mereka. Bukankan ada beberapa
sisi pada zaman mereka yang relatif memiliki kesamaan dengan kondisi kita saat
ini dan masih relevan untuk kita ambil hikmahnya. Pertama bahwa ketika mereka
sama posisinya dengan kita saat ini,mereka juga bagian dari mahasiswa di kampus
tapi mereka aktif di organisasi tanpa meninggalkan tugas pokok mereka sebagai
mahasiswa pada umumnya yakni kuliah.Kedua pada saat yang sama ketika itu belum
banyak alumni HMI seperti saat ini,maka mereka sadar betul bahwa untuk sukses
mereka harus diperjuang sendiri dengan keringat dan air mata tanpa mengandalkan senior atau orang lain. Ketiga
selalu ada ruang-ruang diskusi didalam ataupun lintas organisasi. hingga pada
saat akbar tanjung dan kawan-kawan dikenal sebagai pemerakarsa forum diskusi bersama
dengan organisasi-organisasi lain yang dikenal dengan nama Cipayung. Cipayung
tidak hanya menaungi mahasiswa HMI pada saat itu namun juga dari
organisasi-organisasi kemahasiswaan seperti ,PMII,GMNI,KAMMI dan HMI. Mental
mereka bukan mental katak di dalam tempurung yang berasa besar sendiri di dalam
,itu artinya mereka tidak hanya merasa besar ketika beradu argumentasi dengan
kawan yang memiliki latar belakang organisasi yang sama (HMI). Mereka memiliki pikiran
yang inklusif untuk menerima perbedaan dari segala sisi dengan organisasi
mahasiswa lain, sehingga intelektualitas mereka benar-benar teruji dengan
diskusi-diskusi yang demikian.
Dimanakah posisi kita saat ini
kita
tidak sepenuhnya berada di antara zaman yang memuja hedonis dan pragmatis
dimana kesenangan individu dan materi yang menjadi barometer mindset kita. Kita
hanya benar-benar dituntut belajar dan bekerja keras agar kita tidak selalu
menjadi masyarakat kelas dua yang di seret oleh sistem tanpa tau harus
bagaimana dan berbuat apa. Apa yang kita
sebut sebagai globalisasi telah masuk pada kehidupan ,tidak hanya kita sebagai
mahasiswa yang tinggal di kota namun pula bagi mereka yang tinggal di desa dan
pedalaman.. Sebagai mahasiswa yang juga aktif di organisasi kita seharusnya
punya kewajiban moral untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telah di tanamkan
oleh founding father kita.Bukanya kita malah merusak tatanan nilai yang ada
dengan perbuatan yang jauh dari norma masyarakat dan agama.
HMI
sebagi organisasi perjuangan dan perkaderan harus mampu mengemban amanah
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
sebagai mana tujuan organisasi HMI. Haram hukumnya larut dalam euphoria
masa lalu . biar lah kejayaan HMI masa lalu hanya sejarah yang mencatatnya
tanpa kita melupakan sembari kita memetik hikmahnya.
Penulis : Ahmad Efendi
Mahasiswa STAIN Jember
Jurusan Dakwah
Semester VIII
Aktif Di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sunan Ampel