Indonesia secara
general masih mengharapkan mahasiswa sebagai pelopor perubahan untuk menjadikan
negeri ini lebih baik lagi, namun ditubuh mahasiswa sendiri masih banyak
segudang problem yang membutuhkan manusia-manusia yang bernilai, kreatif,
cerdas dan memiliki integritas yang bisa di pertanggung jawabkan didepan public.
Hampir semua elemen
banyak pendapat yang mengatakan bahwa penyakit kronis yang menjangkiti
dinamisasi dalam pergerakan mahasiswa, adalah proses oportunisme, hedonisme,
dan primordialisme, yang seringkali
menjadi bahan diskusi dikalangan pergerakan.
Dalam kancah nasional,
tidak ada geliat sedikitpun baik itu PMII, HMI, GMNI, KAMMI, dan
kelompok-kelompok mahasiswa lainnya dengan konstek saat ini. Hasil kajian dan
diskusi dari keleompok-kelompok minoritas, bahwa penyakit kronis ditubuh mahasiswa
teramatlah sulit unutk diminimalisir, mengingat tergerusnya, adat-adat kapitalisme,
liberalisme, dan oportunisme dengan kondisi social yang semakin ambruk ini.
Perubahan itu pasti,
bergerak atau tidak sama sekali, hidup atau mati!!!…ini adalah konsep alam yang
tercipta secara dinamis. Mahasiswa sebagai kaum muda intelektual yang
diharapkan memiliki pemikiran yang original, justru sudah tidak punya taring
lagi. Hampir semua berlomba-lomba dengan kepentingannya sendiri, dengan dalih
harus lulus kuliah tepat waktu, bukan lantas lulus kuliah dalam waktu yang
tepat.
Secara simbolik “menakar
perubahan” secara kuantitatif tidak bisa
kita hitung secara matematis, tetapi perubahan itu dinamis, dan bisa dirasakan kualitasnya, baik secara
individu maupun kelompok.
Kekuatan mahasiswa
sudah tidak lagi diperhitungkan, sebab kekuatan hedonisme justru dipelihara
oleh pemerintah untuk membunuh pemikiran-pemikiran kritis mahasiswa, bahkan
yang lebih ironis lagi, mahasiswa pun sangat suka dengan transaksi jual beli
kepentingan yang arahnya hanya untuk keuntungan kelompoknya saja.
Dalam hidup ini Penulis
katakana kembali, bahwa perubahan itu pasti, tetapi perubahan akan mengarah
pada dua hal, pertama perubahan yang menuju pasa sesuatu yang positif, kedua
perubahan yang mengarah pada sesuatu yang negative. Semuanya membutuhkan waktu
dan proses memang tidak bisa dipungkiri, begitu pula dengan konsep perubahan,
butuh ide-ide kreatif, solutif, dinamis, dan menjadi gagasan baru yang bisa
diterima disemua kalangan.
Gagasan baru yang
kreatif dan dinamis, secara lebih diprakarsai oleh pemueda, khususnya kaum
intelektual yang masih berstatus mahasiswa. Mahasiswa sebagai promotor, justru
kehilangan jatidirinya dalam konsep pergerakan.
Berbicara nilai
perubahan, tentu masih sangat jauh dari harapan, karena bentuk keinginan,
gagasan, khazanah pemikiran, tak lagi menjadi jamu yang menyehatkan bagi
mahasiswa. Ruang-ruang diskusi, kini berubah menjadi ruang individual untuk
mengaplikasikan pacaran, bahkan sex bebas semakin marac dikalangan mahasiswa.
Perubahan SDM tidak
akan pernah terjadi tanpa pengetahuan, perubahan hanya terjadi pada sisi
psikologis, dan biologis saja, sementara perubahan pada proses pengembangan
intelektual dan khazanah keilmuan menjadi sangat tragis keberadaannya.
0 Komentar