Indonesia yang pluralistik ini, memang cukup susah untuk membangun sistem secara mapan dan sistemik, karena perbedaan seringkali menjadi pemicu adanya konflik.
Mahasiswa sebagai kaum muda yang populis dengan gerakan membangun dan menggali potensi untuk menjadi kaum yang intelektual, justru keberadannya sangat ironis dan cukup tragis. Disini penulis mencontohkan kaum muda yang tergabung dalam gerakan intelektual Himpunan Mahasiswa Islam, sudah mulai tergerus dan nilai-nilai intelektualnya sudah memudar, bagai kertas yang layu tertimpa panas.
Kaum muda intelektual, sudah tidak seperti dulu lagi, dimana ruang-ruang diskusi yang santun dan penuh dengan makna meskipun dalam bingkai perbedaan, sekarang sudah berubah 90 % anarkisme, dan acapkali memunculkan kalimat-kalimat kotor, berbentuk hinaan dan caci maki. Disinilah fakta yang tidak bisa dipungkiri, bahwa HMI dan nilai-nilai independensinya mulai tergerus oleh sistem politik yang tidak sehat.
Kongres HMI yang ke 28, yang dilaksanakan pada bulan maret 2013 ini dihadiri dari perwakilan 215 Cabang. 175 cabang Penuh dan 40 cabang persiapan. dari masing-masing cabang penuh memiliki hak suara dan hak bicara, sementara dari 40 cabang persiapan hanya memiliki hak suara atau hak berpendapat.
HMI sebagai organisasi yang cukup besar dan diperhitungkan oleh pemerintah Indonesia, maka keberadaannya bagaikan emas yang menjadi rebutan. artinya HMI sebagai wahana untuk berkreasi dan menuangkan gagasan dan ide-ide kreatif dan solutif dalam rangka mengawal sistem pemeerintahan, maka disitulah kemudian muncul beragam kepentingan baik oleh oknum atau kader HMI sendiri, maupun oleh oknum pemerintah untuk mengkelabui niat sesungguhnya dari keber-Ada-an organiasasi ini.
Kami sungguh sangat terkejut setelah mendengar kabar mengenai kematian salah satu kader asal Makasar yang terbunuh di area kongres HMI, apakah HMI sudah menjadi organisasi Premanisme dengan mengedepankan otot, dan menafikan otak sebagai implementasi dari akal dan pikiran?? ini menjadi hal yang cukup ironis dan sangat tragis.
Nilai-nilai intelektualisme kini sudah terkesan menjadi bentuk anarkisme yang salah kaprah. kaum muda intelektual mestinya memiliki kapasitas berpikir yang lebih, memiliki pemikiran yang solutif, bukan anarkis. HMI kini sudah tergeerus menjadi himpunan mahasiswa ironis, bukan lagi intelektualis, HMI bukan lagi menjadi harapan masyarakat indonesia, tetapi menjadi himpunan manusia ingusan yang hanya berani dengan kekerasan.
Kami sangat malu dengan kondisi HMI hari ini....!!!
0 Komentar